Asuransi Prudential Syariah

Prudential Syariah adalah produk dari Prudential yang menanggulangi resiko dan membantu mengelola dana nasabah berbasis syariah.by: agen pru syariah/ainal mardhiah 00626435(HP:0813 6064 4601)

Menabung dan berasuransilah diprudential Syariah

Tempat terbaik untuk keluarga anda, saudara anda untuk berinvestasi, menabung dan asuransi kesehatan, pendidikan, modal, pensiun..

Percetakan " UMMI GRAFIKA " Banda Aceh

menerima permintaan percetaan dan desain bagi kebutuhan pribadi, kantor, lembaga, instansi anda.

Mari bersama meraih sukses

kadang kita sebagai manusia sering mengalami kegagalan,dan terkadang motivasi yang ada dalam diri kita pun menurun.namun ada diantara kita yang mempunyai motivasi besar namun motivasi itu mati karena dibunuh oleh diri kita sendiri.

Semoga Allah memberkahi kita

Doa adalah senjata muslim, mari berdoa meraih ridho allah semoga allah mengabulkan.

3/28/2013

BAGAIMANA MUSLIMAH BERWIRAUSAHA


BAGAIMANA MUSLIMAH BERWIRAUSAHA
oleh: Nursanita Nasution
1. WIRAUSAHA
Allah swt berfirman :Barangsiapa yang mengerjakan amal soleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan berima, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan " (An Nahl:97)
Dari Rafi' bin Khudaij, dikatakan :Wahai Rasulullah , pekerjaan apakah yang
paling baik ? Rasulullah menjawab" Pekerjaan orang dengan tangannya sendiri dan jual beli yang mabrur Riwayat Ahmad dan Al Bazzar At Thabrani dari Ibnu Umar).
'Wirausaha' adalah pekerjaan yang dilakukan 'dengan tangan sendiri' termasuk dalam katagori pekerjaan yang disebut dalam hadist di atas. Dalam berwirausaha seseorang melakukan pekerjaan dengan modal sendiri, tenaga sendiri dan pemasarannya sendiri . Di samping itu wirausaha yang baik menurut Rasulullah adalah 'jual beli yang mabrur'.

2. MUSLIMAH BERWIRAUSAHA
Bila kita melihat seiarah muslimah di zaman Rasulullah saw, mereka ikut serta dalam berbagai kehidupan sosial termasuk di bidang 'ekonomi'. Dari jabir , dia berkata :....... Rasulullah saw bersegera menemui istrinya Zainab yang saat itu sedang menyamak kulit " (HR Muslim). Aisyah ra berkata : ..Zainab adalah seorang wanita yang sangat terampil . Dia bisa menyamak kulit dan pintar menjahit. Dia suka bersedekah pada jalan Allah " (liR Al Hakim menurut sayarah Muslim).
Dalam Islam seorang wanita tidak diwajibkan menafkahi keluarganya, karena Allah telah jelas membagi tanggungjawab ekonomi keluarga . Namun dalam kondisi tertentu : jika si suami tidak mampu menafkahl istrinya maka
a. Jika si istri kaya ia boleh menyedekahkan hartanya
b. Si suami harus memberi kesempatan /izin kepada istrinya untuk berusaha , dan hasil usaha / jerih payahnya si istri yang dinafkahkan kepada keluarganya.

3 BAGAIMANA BERUSAHA ?
Untuk sukses berwirausaha ada beberapa hal yang perlu dilakukan seorang muslimah
I .Mendapat izin dari walinya : suami atau orangtua
2.Tidak meninggalkan tugas utamanya: sebagai istri dan ibu
Rasuluilah saw bersabda : " Jika seorang wanita meninggal dunia dan suaminya ridha kepadanya maka ia boleh masuk ke surga dari pititu manapun ia suka
3. Melakukan kegiatan yang halal , tidak bertentangan dengan aturan syar'i
4. Menepati janji dan amanah
Ciri-ciri orang munafik itu ada tiga:
a. j ika berkata ia dusta
b. jika diberi amanah ia berkhianat
c. jika berjanji , ia melanggarnya / tidak menpatinya

5. Memberi kemudahan dalam jual beli
Rasulullah saw bersabda : " Allah mengasihi orang yang memberi kemudahan bila ia menjual dan membeli serta dalam menagih haknya " (HR Bukhari, At Tirmizi).

6. Tidak melakukan banyak sumpah dalam jual-beli
Wahai rasulullah, apa saja yang termasuk dosa besar ? Rasulullah saw bersabda Berbuat syirik terhadap Allah la bertanya lagi : Kemudian apa ? Rasul menjawab : Sumpah ghamus (menjerumuskan ). la bertanya : Apakah yang dimaksud sumpah ghamus ? Rasulullah saw menjawab " Yang menjegal harta orang muslim, yakni dengan sumpah yang ia dustakan (HR Bukhari).

7. Mensedekahkan hartanya untuk masyarakat
Nabi saw bersabda Siapa yang memberikan keluangan terhadap orang miskin dari duka dan kabut, Allah akan meluangkannya dari duka dan kabut hari kiamat. Dan siapa yang memudahkan kesibukan seseorang, Allah akan memberikan kemudahan dunia dan akherat. Dan Allah selalu menolong hambanya selama hambanya menolong saudaranya ". (HR Muslim, Abu Daud, At Tirmizi).
Dalam keadaan krisis ekonomi yang sulit diharapkan berakhir dalam jangka waktu tiga - empat tahun ke depan , muslimah dituntut ikut berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi . Kondisi krisis membuktikan bahwa perusahaan-perusahaan besar , hancur dan justru 'usaha-usaha kecil ' yang bertahan terhadap fluktuasi harga dan dampak masalah perbankan.

Kebijakan pemerintah saat ini pun memberi peluang pada partisipasi masyarakat , hal ini dapat digunakan para muslimah untuk ikut aktif yang akan membawa dampak:

a. Meringankan kesulitan ekonomi keluarga

b. Mengembangkan potensi yang dimiliki

c. Meningkatkan partisipasi sosial muslimah

Namun di sisi lain , jika muslimah tidak terampil menyeimbangkan aktifitasnya akan datang musibah baru : terlantarnya pendidikan anak , kerenggangan hubungan keluarga, menurunnya kesehatan , dsb. Untuk menghindari terjadinya musibah di atas maka perlu dilakukan beberapa hal yaitu:
1. Membangun komunikasi dengan suami, anak-anak dan keluarga

2. Memperbanyak do'a dan ibadah kepada Allah swt

3. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan di bidang usaha yang ditekuni

4. Meningkatkan kemampuan memasarkan barang dan jasa ( marketing).

5 . Membangun 'jaringan kerja ' dengan teman-teman seprofesi guna mendapatkan informasi dan memperluas usaha.

6. Membudayakan 'berhemat' dan menghindari berhutang.

7. Memulai kegiatan dini hari (pagi buta). Nabi saw berdoa: " Allahumma Ya Allah berkatilah umatku di pagi butanya .
Wallahu'alam bishawab.

3/27/2013

Jangan Jadi Suami Egois



Jangan Jadi Suami Egois

Sering terbayang di benak pikiran sebagian suami, bahwa dia tidak sukses di dalam memilih istri ideal yang diidam-idamkannya. Entah wajah sang istri yang kurang cantiklah. Postur tubuhnya yang kurang menariklah. Atau sifat dan tabiat sang istri yang tidak berkenan di hati.
Pikiran ini senantiasa menghantui hati sanubari sang suami sehingga berdampak pada perubahan sikap terhadap isterinya. Jika tadinya ia begitu menggebu-gebu mencintai isterinya maka kini berubah menjadi membencinya. Jika dulu jargonnya adalah "makan tak makan yang penting kumpul," "siap tinggal di gubuk derita beratap langit beralaskan koran" atau yang sejenisnya sebagai ungkapan keinginan untuk selalu bersama, seia sekata, bagaimanapun kondisinya, maka sekarang berbeda.
Jangankan kondisi tak (ada) makanan, sudah disiapkan oleh isteri makanan yang enak pun, terasa segan saja untuk menyentuhnya. Yang sangat menyedihkan, di antara mereka ini ada pula yang sampai memperlakukan isterinya dengan perlakuan yang kasar, "main tangan," tanpa sedikit pun ada perasaan belas kasihan!
Suami semacam ini tentunya lupa pada firman Allah yang menyebutkan: "Dan pergauilah isteri-isteri kalian dengan baik. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak." (QS. An-Nisaa 4:19). Begitupula sabda Nabi saw yang menyatakan: "orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik budi pekertinya, dan sebaik-baik kalian adalah orang paling baik perlakuannya terhadap isterinya."
Jadi untuk menjadi manusia (atau suami) 'super' sebenarnya tidaklah sulit. Selain imannya bener, pinter, dan badannya seger, ia juga harus memperlakukan isterinya secara bener.
Dalam hadits lain, Nabi saw bersabda: "Janganlah seorang mukmin (suami) membenci isterinya berlebihan. Jika dia tidak menyukai sebagian sifat (tabiat, penampilan) isterinya, tapi dia menyukai sebagian sifat (tabiat, penampilan) yang lain."
Hadits ini telah mengingatkan kita akan suatu hal yang sangat urgen. Yaitu hendaknya para suami (termasuk juga isteri) sadar, bahwa kesempurnaan (al kamal) hanyalah milik Allah semata. Karenanya, janganlah meminta kesempurnaan di jagat raya ini, tetapi mintalah yang terbaik dari yang ada. Kemudian bercermin dan bertanyalah: "Apakah diri kita bebas dari kekurangan baik dari segi fisik (jasadi) maupun non fisik (ma'nawi)?"
Sesungguhnya kita semua pasti memiliki kekurangan. Dan karena itu, jangan meminta orang lain untuk menjadi sempurna. Cukup sederhana tampaknya. Hanya saja, sebagian suami seringkali memanfaatkan posisinya sebagai "qawwam", kepala rumah tangga, untuk menempatkan isterinya sebagai "terdakwa". Termasuk dalam hal ini adalah 'kelemahan-kelemahan' istri yang dilihatnya tidak sempurna.
Tipe suami semacam ini bukan hanya sebuah cerita kosong yang berlebih-lebihan tetapi memang nyata adanya dan dapat menimbulkan kesengsaraan dalam kehidupan rumah tangga. Karena itulah, Ali bin Abi Thalib mewanti-wanti para ayah untuk selalu mencarikan hanya lelaki shaleh sebagai jodoh bagi anak perempuannya.
Ketika itu, seorang lelaki bertanya kepada Sayyidina 'Ali ra: "Saya mempunyai seorang putri, dengan siapa saya akan menikahkannya?" Beliau menjawab: "Nikahkan dia dengan orang yang bertaqwa kepada Allah. Sebab, jika dia mencintai (isteri)nya, dia akan memuliakannya. Tapi, jika dia membenci (istri)nya, dia tidak akan menzhaliminya."
Sesungguhnya suami yang mengidam-idamkan isterinya bebas dari berbagai kekurangan, di satu sisi dapat diibaratkan sebagai seorang zauj mitsaaliy, suami teladan, karena keinginan itu menunjukkan betapa si suami ingin isterinya sempurna. Tetapi pada saat yang bersamaan dia juga seorang lelaki anaaniy, egois, karena mengharapkan kebahagiaan untuk dirinya sendiri saja. Mengapa? Karena sudah jelas, tidak ada seorang pun anak cucu Nabi Adam di dunia ini yang bebas dari 'aib dan kekurangan. Namun demikian, persoalan ini tentu tidak dapat diartikan sebagai upaya meligitimasi dan mentolerir kekurangan isteri yang terkait dengan sifat, akhlak ataupun penampilan yang bisa jadi tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Seorang suami tak dapat meng-acuh-tak-acuh-kan kekurangan itu. Justru kita, para suamilah yang paling berkewajiban mengubahnya. Tetapi semua usaha mengarahkan, mengajak dan mengubah kekurangan istri ini tetap harus dilakukan dengan lembut dan lewat mu'amalah (perlakuan) yang baik. Bukan dengan cara yang kasar dan emosional.
Apalagi perlakuam lemah-lembut, baik dan adil terhadap isteri ini diajarkan langsung oleh Rasulullah dan disebutkan sebagai sebuah kebaikan yang bermuara pada keridhoan Allah, seperti tampak pada dua hadits berikut ini.
Mu'awiyah bin 'Ubaidah bercerita: saya bertanya kepada Rasulullah saw: apa kewajiban suami terhadap isteri? Beliau saw menjawab: "Dia wajib memberi makan isterinya jika dia makan, dan memberinya pakaian jika dia memakai pakaian. Dan janganlah engkau memukul wajahnya, jangan mencacimakinya, dan jangan menghajar (meninggalkan)nya kecuali di dalam rumah." (HR. Abu Daud dan Ahmad).
Beliau saw juga bersabda: "Al Muqsithun di hari kiamat berada pada mimbar-mimbar dari nur (cahaya) dan pada Tangan Kanan ar Rahman (dan kedua Tangah Allah itu Kanan), yaitu orang-orang yang berbuat adil di dalam memutuskan hukuman (perkara), adil terhadap isteri-isteri mereka, dan adil terhadap tugas yang dibebankan kepadanya." (HR. Muslim).
Dalam praktek sehari-hari, para suami juga harus menyadari bahwa perlakuan yang tidak baik akan sangat berdampak negatif pada kinerja isteri di rumah. Padahal pada saat bersamaan, kita mengharapkan istri dapat menjadi madrasah, tempat tarbiyah, pembelajaran, serta pengasahan keshalehan dan intelektualitas anak-anak kita. Sebagaimana seorang penyair telah berkata: Al Ummu Madrasatun Idzaa A'dadataha, A'dadta Sya'ban Thayiba'l A'raaqi, yang berarti seorang Ibu (baca juga: isteri) adalah madrasah, apabila kamu mempersiapkannya dengan baik maka kamu sama dengan mempersiapkan bangsa yang unggul."
Untuk itu, mari kita coba mengikis habis keegoisan kita, para suami, agar dapat menjadi suami yang adil dan bijaksana dengan menghayati pernyataan seorang penyair: Wa Mandzalladzi Turdha Sajaayaahu Kulluhu, Kafaa'l Mar'u Nublaan An Tu'addu Ma'aayibuhu. Artinya, "Mana ada orang yang disenangi semua sifat-sifatnya (sempurna). Cukuplah seseorang itu mulia manakala ia dapat dihitung (diketahui) kekurangan-kekurangannya."

Ahmad Kusyairi Suhail, Lc.
(Kandidat master di bidang Tafsir-Hadits di King Saud University Riyadh, Saudi Arabia)

3/26/2013

ISTIMEWANYA WANITA


ISTIMEWANYA WANITA
    
1. Doa wanita lebih makbul daripada lelaki kerana sifat penyayang yang lebih kuat daripada lelaki. Ketika ditanya kepada Rasulullah S.A.W akan hal  tersebut,jawab baginda: "Ibu lebih penyayang daripada bapa dan doa orang yang penyayang tidak akan sia-sia."
    
2. Wanita yang solehah (baik) itu lebih baik daripada 1,000 orang lelaki yang  soleh.
    
3. Barang siapa yang menggembirakan anak perempuannya,derajatnya seumpama orang yang sentiasa menangis karena takutkan Allah S.W.T dan orang yang takutkan Allah S.W.T akan diharamkan api neraka ke atas tubuhnya.
    
4. Barang siapa yang membawa hadiah (barang makanan dari pasar ke rumah) lalu diberikan kepada keluarganya, maka pahalanya seperti bersedekah. Hendaklah mendahulukan anak perempuan daripada anak lelaki.  Maka barangsiapa yang menyukakan anak perempuan seolah-olah dia memerdekakan  anak Nabi Ismail A.S
    
5. Wanita yang tinggal bersama anak-anaknya akan tinggal bersama aku (Rasulullah S.A.W) di dalam syurga.
    
6. Barang siapa mempunyai tiga anak perempuan atau tiga saudara perempuan atau dua anak perempuan atau dua saudara perempuan, lalu dia bersikap ihsan dalam  pergaulan dengan mereka dan mendidik mereka dengan penuh rasa takwa serta  bertanggungjawab, maka baginya adalah syurga.
    
7. Daripada Aisyah r.a. "Barang siapa yang diuji dengan sesuatu daripada  anak-anak perempuannya, lalu dia berbuat baik kepada mereka, maka mereka akan  menjadi penghalang baginya daripada api neraka.
    
8. Syurga itu di bawah telapak kaki ibu.
    
9. Apabila memanggil akan engkau dua orang ibu bapamu, maka jawablah panggilan  ibumu dahulu.
    
10. Wanita yang taat berkhidmat kepada suaminya akan tertutup pintu-pintu neraka dan terbuka pintu-pintu syurga. Masuklah dari mana pintu yang dia kehendaki  dengan tidak dihisab.
    
11. Wanita yang taat akan suaminya, semua ikan-ikan di laut, burung di udara,  malaikat di langit, matahari dan bulan, semuanya beristighfar baginya selama  mana dia taat kepada suaminya dan direkannya (serta menjaga sembahyang dan  puasanya).
    
12.  Aisyah r.a berkata "Aku bertanya kepada Rasulullah S.A.W,siapakah yang  lebih besar haknya terhadap wanita? Jawab baginda, "Suaminya." "Siapa pula  berhak terhadap lelaki?" Jawab Rasulullah S.A.W "Ibunya."
    
13.  Perempuan apabila sembahyang lima waktu, puasa sebulan Ramadan, memelihara  kehormatannya serta taat akan suaminya, masuklah dia dari pintu syurga mana saja yang dia kehendaki.
    
14.  Tiap perempuan yang menolong suaminya dalam urusan agama, maka Allah S.W.T memasukkan dia ke dalam syurga lebih dahulu daripada suaminya (10,000 tahun).
    
15.  Apabila seseorang perempuan mengandung janin dalam rahimnya, maka  beristighfarlah para malaikat untuknya. Allah S.W.T mencatatkan baginya setiap  hari dengan 1,000 kebaikan dan menghapuskan darinya 1,000 kejahatan.

16.  Apabila seseorang perempuan mulai sakit hendak bersalin, maka Allah S.W.T  mencatatkan baginya pahala orang yang berjihad pada jalan Allah S.W.T
    
17.  Apabila seseorang perempuan melahirkan anak, keluarlah dia daripada  dosa-dosa seperti keadaan ibunya melahirkannya.
    
18.  Apabila telah lahir (anak) lalu disusui, maka bagi ibu itu setiap satu  tegukan daripada susunya diberi satu kebajikan.
    
19.  Apabila semalaman (ibu) tidak tidur dan memelihara anaknya yang sakit, maka Allah S.W.T memberinya pahala seperti memerdekakan 70 orang hamba dengan ikhlas  untuk membela agama Allah S.W.T
    
---------------------------------------------------------------------

ISLAM DAN PENDIDIKAN ANAK


ISLAM DAN PENDIDIKAN ANAK

Sabda Rasul SAW: "Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya nasrani, yahudi atau majusi." (HR. Bukhari).

Anak adalah karunia Allah yang tidak dapat dinilai dengan apapun. Ia menjadi tempat curahan kasih sayang orang tua. Namun sejalan dengan bertambahnya usia sang anak, muncul "agenda persoalan" baru yang tiada kunjung habisnya. Ketika beranjak dewasa anak dapat menampakkan wajah manis dan santun, penuh berbakti kepada orang tua, berprestasi di sekolah, bergaul dengan baik dengan lingkungan masyarakatnya, tapi di lain pihak dapat pula sebaliknya. Perilakunya semakin tidak terkendali, bentuk kenakalan berubah menjadi kejahatan, dan orangtua pun selalu cemas memikirkanya.

Dr. Abdullah Nashih ‘ulwan, dalam bukunya "Tarbiyatul Aulad" menegaskan, hanya ada satu cara agar anak menjadi permata hati dambaan setiap orangtua, yaitu melalui pendidikan yang bersumber dari nilai-nilai Islam.

Islam telah memberikan dasar-dasar konsep pendidikan dan pembinaan anak, bahkan sejak masih dalam kandungan. Jika anak sejak dini telah mendapatkan pendidikan Islam, Insya allah ia akan tumbuh menjadi insan yang mencintai Allah dan Rasul-Nya serta berbakti kepada orangtuanya.

Upaya dalam mendidik anak dalam naungan Islam sering mengalami kendala. Perlu disadari disini, betapa pun beratnya kendala ini, hendaknya orangtua bersabar dan menjadikan kendala-kendala tersebut sebagai tantangan dan ujian.

Dalam mendidik anak setidaknya ada dua macam tantangan, yang satu bersifat internal dan yang satu lagi bersifat eksternal. Kedua tantangan ini sangat mempengaruhi perkembangan anak.

Sumber tantangan internal yang utama adalah orangtua itu sendiri. Ketidakcakapan orangtua dalam mendidik anak atau ketidak harmonisan rumah tangga. Sunatullah telah menggariskan, bahwa pengembangan kepribadian anak haruslah berimbang antara fikriyah (pikiran), ruhiyah (ruh), dan jasadiyahnya (jasad).

Tantangan eksternal pun juga sangat berpengaruh dan lebih luas lagi cakupannya. Tantangan pertama bersumber dari lingkungan rumah. Informasi yang yang didapat melalui interaksi dengan teman bermain dan kawan sebayanya sedikit banyak akan terekam. Lingkungan yang tidak islami dapat melunturkan nilai-nilai islami yang telah ditanamkan di rumah.

Yang berikutnya adalah lingkungan sekolah. Bagaimanapun juga guru-guru sekolah tidak mampu mengawasi anak didiknya setiap saat. Interaksi anak dengan teman-teman sekolahnya apabila tidak dipantau dari rumah bisa berdampak negatif. Sehingga memilihkan sekolah yang tepat untuk anak sangatlah penting demi terjaganya akhlak sang anak. Anak-anak Muslim yang disekolahkan di tempat yang tidak islami akan mudah tercemar oleh pola fikir dan akhlak yang tidak islami sesuai dengan pola pendidikannya, apalagi mereka yang disekolahkan di sekolah nasrani sedikit demi sedikit akhlak dan aqidah anak-anak Muslim akan terkikis dan goyah. Sehingga terbentuklah pribadi-pribadi yang tidak menganal islam secara utuh.

Disamping itu peranan media massa sangat pula berpengaruh. Informasi yang disebarluaskan media massa baik cetak maupun elektronik memiliki daya tarik yang sangat kuat. Jika orang tua tidak mengarahkan dan mengawasi dengan baik, maka si anak akan menyerap semua informasi yang ia dapat, tidak hanya yang baik bahkan yang merusak akhlak.

Meskipun banyak faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan seorang anak, orang tua tetap memegang peranan yang amat dominan, sebagaiman sabda Rasul SAW:

"Setiap anak dilahirkan dalm keadaan fitrah. Kedua orang tuanya lah yang menjadikannya nasrani, yahudi atau majusi." (HR.Bukhari).

Dalam mendidik anak orang tua hendaknya berperan sesuai dengan fungsinya. Masing-masing saling mendukung dan membantu. Bila salah satu fungsi rusak, anak akan kehilangan identitas. Pembagian tugas dalam Islam sudah jelas, peran ayah tidak diabaikan, tapi peran ibu menjadi hal sangat penting dan menentukan.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh para orangtua Muslim dalam mendidik anak:

Orang tua perlu memahami apa yang dimaksud dengan pendidikan anak dan tujuannya.
Banyak menggali informasi tentang pendidikan anak.
Memahami kiat mendidik anak secara praktis. Dengan demikian setiap gejala dalam tahap-tahap pertumbuhan anak dapat ditanggapi dengan cepat.
Sebelum mentransfer nilai, kedua orang tua harus melaksanakan lebih dulu dalam kehidupan sehari-hari. Karena di usia kecil, anak-anak cerdas cenderung meniru dan merekam segala perbuatan orang terdekat.
Bersegera mengajarkan dan memotivasi anak untuk menghafal Al-Quran. Kegunaannya di samping sejak dini mengenalkan Yang Maha Kuasa pada anak, juga untuk mendasari jiwa dan akalnya sebelum mengenal pengetahuan yang lain.
Menjaga lingkungan si anak, harus menciptakan lingkungan yang sesuai dengan ajaran yang diberikan pada anak.
Memang usaha mendidik anak tidaklah semudah membalik tangan. Perlu kesabaran dan kreativitas yang tinggi dari pihak orang tua. Simaklah perkataan Sayyid Qutb, yang mempunyai ayah sebagai panutannya:

"Semasa kecilku, ayah tanamkan ketaqwaan kepada Allah dan rasa takut akan hari akhirat. Engkau tak pernah memarahiku, namun kehidupan sehari-harimu telah menjadi teladanku, bagaimana prilaku orang yang ingat akan hari akhir."

Sumber : Al-Muslimun no.298, Jan 1995



3/25/2013

ISLAM DAN PENDIDIKAN ANAK



Sabda Rasul SAW: "Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya nasrani, yahudi atau majusi." (HR. Bukhari).

Anak adalah karunia Allah yang tidak dapat dinilai dengan apapun. Ia menjadi tempat curahan kasih sayang orang tua. Namun sejalan dengan bertambahnya usia sang anak, muncul "agenda persoalan" baru yang tiada kunjung habisnya. Ketika beranjak dewasa anak dapat menampakkan wajah manis dan santun, penuh berbakti kepada orang tua, berprestasi di sekolah, bergaul dengan baik dengan lingkungan masyarakatnya, tapi di lain pihak dapat pula sebaliknya. Perilakunya semakin tidak terkendali, bentuk kenakalan berubah menjadi kejahatan, dan orangtua pun selalu cemas memikirkanya.

Dr. Abdullah Nashih ‘ulwan, dalam bukunya "Tarbiyatul Aulad" menegaskan, hanya ada satu cara agar anak menjadi permata hati dambaan setiap orangtua, yaitu melalui pendidikan yang bersumber dari nilai-nilai Islam.

Islam telah memberikan dasar-dasar konsep pendidikan dan pembinaan anak, bahkan sejak masih dalam kandungan. Jika anak sejak dini telah mendapatkan pendidikan Islam, Insya allah ia akan tumbuh menjadi insan yang mencintai Allah dan Rasul-Nya serta berbakti kepada orangtuanya.

Upaya dalam mendidik anak dalam naungan Islam sering mengalami kendala. Perlu disadari disini, betapa pun beratnya kendala ini, hendaknya orangtua bersabar dan menjadikan kendala-kendala tersebut sebagai tantangan dan ujian.

Dalam mendidik anak setidaknya ada dua macam tantangan, yang satu bersifat internal dan yang satu lagi bersifat eksternal. Kedua tantangan ini sangat mempengaruhi perkembangan anak.

Sumber tantangan internal yang utama adalah orangtua itu sendiri. Ketidakcakapan orangtua dalam mendidik anak atau ketidak harmonisan rumah tangga. Sunatullah telah menggariskan, bahwa pengembangan kepribadian anak haruslah berimbang antara fikriyah (pikiran), ruhiyah (ruh), dan jasadiyahnya (jasad).

Tantangan eksternal pun juga sangat berpengaruh dan lebih luas lagi cakupannya. Tantangan pertama bersumber dari lingkungan rumah. Informasi yang yang didapat melalui interaksi dengan teman bermain dan kawan sebayanya sedikit banyak akan terekam. Lingkungan yang tidak islami dapat melunturkan nilai-nilai islami yang telah ditanamkan di rumah.

Yang berikutnya adalah lingkungan sekolah. Bagaimanapun juga guru-guru sekolah tidak mampu mengawasi anak didiknya setiap saat. Interaksi anak dengan teman-teman sekolahnya apabila tidak dipantau dari rumah bisa berdampak negatif. Sehingga memilihkan sekolah yang tepat untuk anak sangatlah penting demi terjaganya akhlak sang anak. Anak-anak Muslim yang disekolahkan di tempat yang tidak islami akan mudah tercemar oleh pola fikir dan akhlak yang tidak islami sesuai dengan pola pendidikannya, apalagi mereka yang disekolahkan di sekolah nasrani sedikit demi sedikit akhlak dan aqidah anak-anak Muslim akan terkikis dan goyah. Sehingga terbentuklah pribadi-pribadi yang tidak menganal islam secara utuh.

Disamping itu peranan media massa sangat pula berpengaruh. Informasi yang disebarluaskan media massa baik cetak maupun elektronik memiliki daya tarik yang sangat kuat. Jika orang tua tidak mengarahkan dan mengawasi dengan baik, maka si anak akan menyerap semua informasi yang ia dapat, tidak hanya yang baik bahkan yang merusak akhlak.

Meskipun banyak faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan seorang anak, orang tua tetap memegang peranan yang amat dominan, sebagaiman sabda Rasul SAW:

"Setiap anak dilahirkan dalm keadaan fitrah. Kedua orang tuanya lah yang menjadikannya nasrani, yahudi atau majusi." (HR.Bukhari).

Dalam mendidik anak orang tua hendaknya berperan sesuai dengan fungsinya. Masing-masing saling mendukung dan membantu. Bila salah satu fungsi rusak, anak akan kehilangan identitas. Pembagian tugas dalam Islam sudah jelas, peran ayah tidak diabaikan, tapi peran ibu menjadi hal sangat penting dan menentukan.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh para orangtua Muslim dalam mendidik anak:

Orang tua perlu memahami apa yang dimaksud dengan pendidikan anak dan tujuannya.
Banyak menggali informasi tentang pendidikan anak.
Memahami kiat mendidik anak secara praktis. Dengan demikian setiap gejala dalam tahap-tahap pertumbuhan anak dapat ditanggapi dengan cepat.
Sebelum mentransfer nilai, kedua orang tua harus melaksanakan lebih dulu dalam kehidupan sehari-hari. Karena di usia kecil, anak-anak cerdas cenderung meniru dan merekam segala perbuatan orang terdekat.
Bersegera mengajarkan dan memotivasi anak untuk menghafal Al-Quran. Kegunaannya di samping sejak dini mengenalkan Yang Maha Kuasa pada anak, juga untuk mendasari jiwa dan akalnya sebelum mengenal pengetahuan yang lain.
Menjaga lingkungan si anak, harus menciptakan lingkungan yang sesuai dengan ajaran yang diberikan pada anak.
Memang usaha mendidik anak tidaklah semudah membalik tangan. Perlu kesabaran dan kreativitas yang tinggi dari pihak orang tua. Simaklah perkataan Sayyid Qutb, yang mempunyai ayah sebagai panutannya:

"Semasa kecilku, ayah tanamkan ketaqwaan kepada Allah dan rasa takut akan hari akhirat. Engkau tak pernah memarahiku, namun kehidupan sehari-harimu telah menjadi teladanku, bagaimana prilaku orang yang ingat akan hari akhir."

Sumber : Al-Muslimun no.298, Jan 1995 

3/24/2013

HEMAT


HEMAT
KH.Abdullah Gymnastiar (Aa Gym)

Salah satu ciri jaman modern adalah segala sesuatu dibuat menjadi sangat mudah. Lihat saja televisi, kalau dulu selain ukurannya besar, memindahkan chanel-nya pun butuh tenaga. Bandingkan dengan TV saat ini, sudah menggunakan remote yang hanya disentuh saja, termasuk untuk menggerakkan TV-nya sekalipun, juga AC, lampu, bahkan dengan suara kita pun sudah bisa jadi sensor penggerak peralatan, luar biasa. Tapi, ada dampak negatifnya segala kemudahan yang tak didukung dengan pengetahuan yang memadai serta sikap mental yang bermutu, karena ternyata biang pemborosan pun bisa lahir dari kemudahan ini.

Ada seorang suami yang tercengang melihat rekening tagihan bulanannya yang membengkak luar biasa sesudah beliau dan istrinya masing-masing memiliki kartu kredit dan menggunakan handphone. Tiada lain, karena demikian mudahnya menggunakannya, tinggal menggesek dan memijit saja sampai-sampai waktu untuk mengadakan perhitungan pun terlewati. Sangat berlainan halnya dengan orang yang menyimpan uang ditabungan yang harus berproses untuk mengambilnya, proses ini akan cukup menghambat keinginannya untuk mudah mengeluarkan uang. Harap dimaklumi, sesungguhnya tidak berarti kartu kredit dan handphone itu buruk melainkan para pemiliknya yang harus memiliki mental dan keilmuan yang lebih tangguh agar apa yang dimilikinya tidak jadi bumerang yang akan menjebak dan menyengsarakannya.

Maka, jikalau ingin menjadi orang hemat, selalu adakan perencanaan yang matang dalam segala hal. Semakin mendetail/rinci maka semakin besar untuk peluang sukses dalam penghematan, termasuk hal-hal yang sederhana atau biasa dianggap sepele. Biasakanlah sebelum belanja tulis dengan baik dan jelas barang yang harus dibeli dan anggaran yang harus disediakan, begitu pula dalam belanja bulanan. Rumah tangga yang terbiasa mengadakan perencanaan, selain lebih hemat juga bisa mengadakan antisipasi terhadap kekurangan biaya belanja. Bahkan anak-anakpun sudah bisa dilatih mulai dari kecil dengan cara uang jajannya bisa diberikan mingguan atau bahkan bulanan, sehingga sang anak sudah biasa membuat perencanaan pengeluarannya, dan hal ini akan sangat membantu dalam program penghematan. Hanya saja harus juga dianggarkan dengan jelas biaya sedekah sebagai investasi penting untuk penolak bala dan bencana. pengundang rizki yang lebih berkah, jangan sampai keinginan hemat menjadi kekikiran dalam kebaikan.

3/23/2013

GHIBAH YANG DIBOLEHKAN



Ghibah adalah salah satu perbuatan yang tercela dan memiliki dampak negatif yang cukup besar. Ghibah dapat mencerai-beraikan ikatan kasih sayang dan ukhuwah sesama manusia. Seseorang yang berbuat ghibah berarti dia telah menebarkan kedengkian dan kejahatan dalam masyarakat. Walaupun telah jelas besarnya bahaya ghibah, tapi masih banyak saja orang yang melakukannya dan menganggap remeh bahaya ghibah (mengum-pat/menggunjing).

Akan tetapi ternyata ada beberapa hal yang mengakibatkan seseorang diperbolehkan untuk mengumpat/menggunjing. Namun sebelum mengetahui kriteria masalah apa saja yang membolehkan seseorang untuk melakukan ghibah, ada baiknya kita mengetahui dahulu apa itu ghibah.

Definisi Ghibah

Definisi ghibah dapat kita lihat dalam hadits Rasulullah e berikut ini:
"Ghibah ialah engkau menceritakan saudaramu tentang sesuatu yang ia benci." Si penanya kembali bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimanakah pendapatmu bila apa yang diceritakan itu benar ada padanya ?" Rasulullah e menjawab, "kalau memang benar ada padanya, itu ghibah namanya. Jika tidak benar, berarti engkau telah berbuat buhtan (mengada-ada)." (HR. Muslim, Tirmidzi, Abu Dawud, dan Ahmad).

Berdasarkan hadits di atas telah jelas bahwa definisi ghibah yaitu menceritakan tentang diri saudara kita sesuatu yang ia benci meskipun hal itu benar. Ini berarti kita menceritakan dan menyebarluaskan keburukan dan aib saudara kita kepada orang lain. Allah sangat membenci perbuatan ini dan mengibaratkan pelaku ghibah seperti seseorang yang memakan bangkai saudaranya sendiri. Allah I berfirman:

" Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Hujurat: 12)


Bentuk-bentuk Ghibah yang Diperbolehkan.


Imam Nawawi dalam kitab Syarah Shahih Muslim dan Riyadhu As-Shalihin, menyatakan bahwa ghibah hanya diperbolehkan untuk tujuan syara' yaitu yang disebabkan oleh enam hal, yaitu:

1. Orang yang mazhlum (teraniaya) boleh menceritakan dan mengadukan kezaliman orang yang menzhaliminya kepada seorang penguasa atau hakim atau kepada orang yang berwenang memutuskan suatu perkara dalam rangka menuntut haknya.
Hal ini dijelaskan dalam Al-Qur'an surat An-Nisa ayat 148:

"Allah tidak menyukai ucapan buruk (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang yang dianiaya. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS. An-Nisa' : 148).

Ayat ini menjelaskan bahwa orang yang teraniaya boleh menceritakan keburukan perbuatan orang yang menzhaliminya kepada khalayak ramai. Bahkan jika ia menceritakannya kepada seseorang yang mempunyai kekuasaan, kekuatan, dan wewenang untuk menegakkan amar ma'ruf nahi munkar, seperti seorang pemimpin atau hakim, dengan tujuan mengharapkan bantuan atau keadilan, maka sudah jelas boleh hukumnya.

Tetapi walaupun kita boleh mengghibah orang yang menzhalimi kita, pemberian maaf atau menyembunyikan suatu keburukan adalah lebih baik. Hal ini ditegaskan pada ayat berikutnya, yaitu Surat An-Nisa ayat 149:

"Jika kamu menyatakan kebaikan atau menyembunyikan atau memaafkan sesuatu kesalahan (orang lain), maka sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Kuasa." (QS. An-Nisa: 149)

2. Meminta bantuan untuk menyingkirkan kemungkaran dan agar orang yang berbuat maksiat kembali ke jalan yang benar.
Pembolehan ini dalam rangka isti'anah (minta tolong) untuk mencegah kemungkaran dan mengembalikan orang yang bermaksiat ke jalan yang hak. Selain itu ini juga merupakan kewajiban manusia untuk ber-amar ma'ruf nahi munkar. Setiap muslim harus saling bahu membahu menegakkan kebenaran dan meluruskan jalan orang-orang yang menyimpang dari hukum-hukum Allah, hingga nyata garis perbedaan antara yang haq dan yang bathil.

3. Istifta' (meminta fatwa) akan sesuatu hal.
Walaupun kita diperbolehkan menceritakan keburukan seseorang untuk meminta fatwa, untuk lebih berhati-hati, ada baiknya kita hanya menyebutkan keburukan orang lain sesuai yang ingin kita adukan, tidak lebih.

4. Memperingatkan kaum muslimin dari beberapa kejahatan seperti:

a. Apabila ada perawi, saksi, atau pengarang yang cacat sifat atau kelakuannya, menurut ijma' ulama kita boleh bahkan wajib memberitahukannya kepada kaum muslimin. Hal ini dilakukan untuk memelihara kebersihan syariat. Ghibah dengan tujuan seperti ini jelas diperbolehkan, bahkan diwajibkan untuk menjaga kesucian hadits. Apalagi hadits merupakan sumber hukum kedua bagi kaum muslimin setelah Al-Qur'an.

b. Apabila kita melihat seseorang membeli barang yang cacat atau membeli budak (untuk masa sekarang bisa dianalogikan dengan mencari seorang pembantu rumah tangga) yang pencuri, peminum, dan sejenisnya, sedangkan si pembelinya tidak mengetahui. Ini dilakukan untuk memberi nasihat atau mencegah kejahatan terhadap saudara kita, bukan untuk menyakiti salah satu pihak.

c. Apabila kita melihat seorang penuntut ilmu agama belajar kepada seseorang yang fasik atau ahli bid'ah dan kita khawatir terhadap bahaya yang akan menimpanya. Maka kita wajib menasehati dengan cara menjelaskan sifat dan keadaan guru tersebut dengan tujuan untuk kebaikan semata.

5. Menceritakan kepada khalayak tentang seseorang yang berbuat fasik atau bid'ah seperti, minum-minuman keras, menyita harta orang secara paksa, memungut pajak liar atau perkara-perkara bathil lainnya.
Ketika menceritakan keburukan itu kita tidak boleh menambah-nambahinya dan sepanjang niat kita dalam melakukan hal itu hanya untuk kebaikan.

6. Bila seseorang telah dikenal dengan julukan si pincang, si pendek, si bisu, si buta, atau sebagainya, maka kita boleh memanggilnya dengan julukan di atas agar orang lain langsung mengerti.

Tetapi jika tujuannya untuk menghina, maka haram hukumnya. Jika ia mempunyai nama lain yang lebih baik, maka lebih baik memanggilnya dengan nama lain tersebut.Wallahu a'lam bishshawab


Gaya Hidup Materialistis Dan Bahaya-bahayanya


Gaya Hidup Materialistis Dan Bahaya-bahayanya


Segala puji bagi Allah Rab semesta alam, shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Rasulullah y, beserta para keluarga, sahabat, dan orang-orang yang tetap istiqomah menegakkan risalah yang dibawanya hingga akhir zaman..

Saat ini, pandangan hidup materialistis banyak tertanam dalam jiwa manusia, yaitu cara pandang tentang kehidupan yang hanya terbatas pada usaha untuk mendapatkan kenikmatan sesaat di dunia fana ini, sehingga aktifitas hidup yang dijalani hanya berkisar pada masalah bagaimana bisa menciptakan lapangan pekerjaan, mengembangkan ekonomi, membangun rumah dan gedung, memenuhi kepuasan hidup, dan hal-hal lain yang hanya bersifat duniawi, tanpa memikirkan bagaimana akibatnya dan sikap apa yang seharusnya dilakukan. Mereka menganggap bahwa kebahagiaan hidup hanya bisa diraih dengan harta, padahal Rasulullah bersabda:

Wahai Abu Dzar apakah kamu menyangka karena banyak harta orang menjadi kaya! Saya berkata: Ya wahai Rasulullah, beliau bersabda: dan kamu menyangka karena harta sedikit orang menjadi miskin? Saya berkata: Ya Wahai Rasulullah. Beliau bersabda: Sesungguhnya kekayaan adalah kecukupan dalam hati dan kemiskinan adalah miskin hati. (H.R Hakim dan Ibnu Hibban).

Banyak manusia tidak mengetahui bahwa Allah l menjadikan dunia ini sebagai ladang kampung akhirat dan kampung untuk beramal, dan akhirat sebagai kampung menuai balasan. Barangsiapa mengisi dunianya dengan amal shaleh, niscaya ia akan menuai keberuntungan di dua kampung tersebut. Sebaliknya barangsiapa yang menyia-nyiakan dunianya niscaya ia akan kehilangan akhiratnya.

Allah berfirman:

Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata
(QS. 22: 11)

Allah tidak menciptakan dunia untuk main-main tetapi Allah l menciptakannya untuk suatu hikmah yang agung, sebagaimana firman-Nya:

Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah diantara mereka yang terbaik perbuatannya,
(QS. 18: 7)


Pandangan Yang Salah Terhadap Dunia


Allah menjadikan berbagai kenikmatan dunia dan perhiasan lahiriah, baik berupa harta, anak-anak, isteri, pangkat, kekuasaan dan berbagai macam kenikmatan lainnya adalah sebagai sarana yang seharusnya digunakan untuk mendapatkan kebahagiaan hidup di akhirat kelak. Dari Tsauban a bahwa Rasulullah y bersabda:

Hendaklah di antara kamu sekalian memiliki hati yang bersyukur, lisan yang berdzikir dan isteri yang salihah yang membantu dalam urusan akhÄrat.
(H.R Ahmad dan Ibnu Majah)

Pada kenyataannya, sebahagian besar manusia memusatkan perhatiannya pada aspek lahiriah dan kenikmatan materi semata. Setiap hari mereka menyibukkan diri, bekerja untuk mendapatkan harta dan kenikmatan dunia, namun lupa menyiapkan bekal amal untuk kehidupan sesudah mati, bahkan banyak di antara mereka yang mengingkari adanya kehidupan lain setelah kehidupan di dunia ini. Allah lberfirman:

Dan tentu mereka akan mengatakan(pula),'Hidup hanyalah kehidupan kita di dunia saja, dan kita sekali-kali tidak akan dibangkitkan.(QS. 6: 29)

Allah mengancam orang yang memiliki pandangan seperti itu terhadap dunia, sebagaimana firman-Nya:

Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasan, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akherat kecuali Neraka dan lenyaplah di akherat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.(QS. 11: 15-16)



Dampak Pandangan Materialistis


Ancaman di atas berlaku bagi semua orang yang memiliki pandangan materialistis, yaitu mereka yang beramal hanya sekedar mencari keuntungan dunia, seperti orang-orang munafik, orang-orang kafir, orang-orang yang menganut faham kapitalisme, komunisme dan sekulerisme. Allah l akan menjadikan kehidupan yang sempit bagi mereka, sebagaimana sabda Nabi:

Barangsiapa yang menjadikan dunia sebagai tujuan utamanya maka Allah akan membuat perkaranya berantakan dan menjadikan kemiskinan di depan kedua matanya serta tidaklah datang dunia kecuali yang telah ditentukan kepadanya. Dan barangsiapa yang menjadikan akhirat niatnya maka Allah akan mengumpulkan perkaranya dan dijadikan kaya di dalam hatinya dan dunia akan datang dengan sendirinya.
(H.R Ibnu Majah dengan sanad yang sahih).

Pandangan yang benar terhadap Kehidupan

Pandangan yang benar terhadap dunia adalah pandangan yang menganggap bahwa apa yang ada di dunia ini, baik harta, kekuasaan dan kekuatan materi lainnya hanyalah sebagai sarana menuju akhirat. Karena itu pada hakekatnya dunia tidak tercela karena dirinya, tetapi pujian atau celaan tergantung pada perbuatan hamba di dalamnya. Dunia merupakan jembatan penyeberangan menuju kampung akhirat. Dan kehidupan yang baik yang diperoleh penduduk surga tidak lain karena kebaikan dan amal shalih yang telah mereka tanam ketika di dunia. Maka dunia adalah kampung jihad, shalat, puasa, dan infaq di jalan Allah, serta medan laga untuk berlomba dalam kebaikan. Allah l berfirman kepada penduduk surga:

(Kepada mereka dikatakan),'Makan dan milumlah dengan sedap disebabkan amal yang telah kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lalu(ketika di dunia).(Al Haqqah 24)

Selayaknya kita bersiap diri meninggalkan kampung dunia menuju kampung akhirat, dengan selalu menambah simpanan amal kebaikan dan bersegara memenuhi panggilan Allah. Ali bin Abu Thalib sberkata: "Sesungguhnya dunia telah habis berlalu dan akhirat semakin mendekat dan di antara keduanya masing-masing mempunyai anak keturunan dan jadilah kalian anak keturunan akhirat dan jangan menjadi anak keturunan dunia karena sekarang kesempatan beramal tanpa ada hisab dan besok di akhirat kesempatan hisab, dan tidak ada kesempatan beramal."


Oleh :
Ummu Ahmad Rifqi

(Sumber Kitab Tauhid III, Dr. Shaleh bin Fauzan bin Abdullah Al Fauzan dan kitab Ishlahul Qulub karya Syaikh Abdul Hadi Wahbi Serta Faraidul Kalam Lil Khulafail Kiram karya SyaikhQasim 'Asyur).