BEBERAPA KESALAHAN ORANG TUA
DALAM MENDIDIK ANAK
Segala puji bagi Allah Rabb semesta
alam, shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Rasulullah y, beserta
para keluarga, sahabat, dan orang-orang yang tetap istiqomah menegakkan risalah
yang dibawanya hingga akhir zaman.
Keluarga (disamping sekolah dan
masyarakat) memegang peranan penting dalam pendidikan anak. Karena keluarga
merupakan tempat pertumbuhan anak yang pertama di mana dia mendapatkan pengaruh
dari anggota-anggotanya pada masa yang amat penting dan paling kritis dalam
fase pertumbuhannya, yaitu tahun-tahun pertama dalam kehidupannya (usia
pra-sekolah). Pada masa tersebut apa yang ditanamkan dalam diri anak akan
sangat membekas, sehingga tak mudah hilang atau berubah sesudahnya.
Para ulama Islam banyak memberikan
perhatian dan membahas tentang pentingnya pendidikan melalui keluarga. Syaikh
Abu Hamid Al Ghazali ketika membahas tentang peran kedua orangtua dalam
pendidikan anak mengatakan: "Ketahuilah, bahwa anak merupakan amanat bagi
kedua orang tuanya. Hatinya yang masih suci merupakan permata alami yang bersih
dari pahatan dan bentukan, dia siap diberi pahatan apapun dan condong kepada
apa saja yang disodorkan kepadanya. Jika dibiasakan dan diajarkan kebaikan dia
akan tumbuh dalam kebaikan, dan berbahagialah kedua orang tuanya di dunia dan
akhirat, juga setiap pendidik dan gurunya. Tetapi, jika dibiasakan dengan
kejelekan dan dibiarkan tidak didik sebagaimana binatang ternak, niscaya dia
akan menjadi jahat dan binasa".
Dalam melaksanakan tugas mendidik anak,
orang tua harus membekali dirinya dengan pengetahuan dan kearifan. Hal ini
dibutuhkan untuk menghindari kesalahan dan penyimpangan dalam melaksanakan
tugas mulia tersebut.
Berikut ini sebagian kesalahan yang
sering dilakukan oleh para orang tua dalam mendidik anak-anaknya. Semoga Allah
lmemberikan maunah (pertolongan)-Nya kepada kita untuk dapat menjauhinya dan
menunjukkan kita kepada kebenaran.
1. Ucapan orang tua tidak sesuai dengan
perbuatan.
Ini merupakan kesalahan terpenting, karena
anak belajar dari orang tua banyak hal, tetapi ternyata sering bertentangan
dengan apa yang telah diajarkannya. Tindakan ini berpengaruh buruk terhadap
mental dan perilaku anak. Allah k mencela perbuatan ini dengan firman-Nya:
"Hai orang-orang yang beriman,
mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat.
Amat besar kebencian di sisi Allah
bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan". (QS. 61:3)
Bagaimana anak akan belajar kejujuran
kalau ia mengetahui orang tuanya berdusta? Bagaimana anak akan belajar sifat
amanah, sementara ia melihat bapaknya menipu? Bagaimana anak akan belajar
akhlak baik bila orang sekitarnya suka mengejek, berkata jelek dan berakhlak
buruk?
Untuk itu sifat ini harus dihindari
oleh para orang tua dan para pendidik.
2. Kedua orangtua tidak sepakat atas
cara tertentu dalam pendidikan anak.
Kadangkala seorang anak melakukan
perbuatan tertentu di hadapan kedua orang tuanya, pada saat itu sang ibu memuji
dan mendorong sedang sang bapak memperingatkan dan mengancam. Anak akhirnya
menjadi bingung, mana yang benar dan mana yang salah di antara keduanya. Hal
ini sangat berbahaya, karena akan mengakibatkan anak menjadi bimbang dan segala
urusan tidak jelas baginya.
3. Membiarkan anak menjadi korban
televisi.
Media massa mempunyai pengaruh yang
besar sekali dalam perilaku dan perbuatan anak, dan media yang paling berbahaya
adalah televisi. Hampir tidak ada rumah yang tidak mempunyai televisi. Padahal
pengaruhnya demikian luas terhadap anak maupun orang dewasa.
Banyak orang tua yang tidak menaruh
perhatian bahwa anak mereka kecanduan menonton televisi. Padahal ini sangat
berpengaruh terhadap akhlak, fitrah dan pendidikan mereka. Plomery, seorang
peneliti mengatakan: "Anak pada umumnya, dan kebanyakan orang dewasa, cenderung
menerima, tanpa mempertanyakan , segala informasi yang tampil di film-film dan
kelihatan realistis. Mereka dapat mengingat materinya dengan cara yang lebih
baik … maka akal pikiran mereka menelan begitu saja nilai-nilai yang rendah
itu..".
Oleh karena itu, anak-anak harus
dilindungi dan diawasi dari perangkat yang dapat merusak ini. Hal ini, tidak
diragukan lagi, bukan sesuatu yang mudah tetapi juga tidak mustahil, jika orang
tua mempunyai kemauan untuk menjaga akhlak anak-anak mereka dan mempersiapkannya
untuk mengemban misi agama dan ummat.
4. Menyerahkan tanggung jawab
pendidikan anak kepada pembantu atau pengasuh.
Kesalahan yang amat serius dan banyak
terjadi di masyarakat kita adalah fenomena kesibukan ibu dari peran utamanya
merawat rumah dan anak-anak dengan hal-hal yang tentunya tak kalah penting dari
pendidikan anak. Misalnya, sibuk dengan karir di luar rumah, atau sering
mengadakan kunjungan, menghadiri pertemuan, atau hanya karena malas-malasan dan
tidak mau menangani langsung urusan anak dan menyerahkan anak dalam perawatan
wanita lain seperti pembantu, atau membawanya ke tempat pengasuhan. Akibatnya
anak akan kehilangan kasih sayang ibu yang sangat dibutuhkannya. Hal ini
berbahaya sekali terhadap kejiwaan anak dan masa depannya, karena anak
berkembang tanpa kasih sayang. Jika anak miskin kasih sayang, ia pun akan
bertindak keras terhadap anggota masyarakatnya, akibatnya masyarakat hidup
dalam kekacauan, keretakan dan kekerasan.
5. Orang tua menampakkan kelemahannya
dalam mendidik anak.
Hal ini banyak terjadi pada ibu-ibu dan
kadangkala terjadi pada bapak-bapak. Kita dapatkan, misalnya, seorang ibu
berkata: "Anak ini mengesalkan. Aku tidak sanggup menghadapinya. Aku tak
tahu, apa yang harus aku perbuat dengannya". Padahal saat itu anak mendengarkan
ucapan tersebut, maka anak pun merasa bangga dapat mengganggu ibunya dan
membandel karena dapat menunjukkan keberadaannya dengan cara ini.
6. Berusaha mengekang anak secara
berlebihan
Sebahagian orang tua tidak memberi
kesempatan bermain, bercanda dan bergerak kepada anak. Ini bertentangan dengan
tabiat anak dan bisa membahayakan kesehatannya, karena permainan penting bagi
pertumbuhan anak. Permainan di tempat yang bebas dan luas termasuk faktor
terpenting yang membantu pertumbuhan fisik anak dan menjaga kesehatannya. Maka
seharusnya orang tua tidak mencegah anak-anak yang sedang bermain pasir ketika
wisata ke tepi pantai atau di tengah padang pasir, karena itu merupakan waktu
bersenang-senang dan bermain bagi mereka, bukan waktu untuk berdisiplin.
7. Mendidik anak tidak percaya diri dan
merendahkan pribadinya
Hal ini banyak terjadi di kalangan
bapak-bapak; padahal ini berpengaruh jelek terhadap masa depan anak dan
pandangannya terhadap kehidupan. Karena anak yang terdidik rendah pribadi dan
tidak percaya diri akan tumbuh jadi penakut, lemah dan tidak mampu menghadapi
beban dan tantangan hidup, bahkan sampai ia menjadi dewasa.
Karena itu, seyogianya anak-anak
dipersiapkan untuk dapat melaksanakan tugas agama dan dunia. Dan hal ini tidak
akan tercapai kecuali dengan mendidik mereka untuk memiliki rasa percaya dan
harga diri, namun tidak sombong dan takabur; serta senantiasa diupayakan agar
anak dikenalkan pada hal-hal yang bernilai tinggi dan dijauhkan dari hal-hal
yang bernilai rendah.
Diambil dan disarikan dari buku:
"alwajiz fi at-tarbiyah"
Karya: Syaikh Muhammad Al Hasan
0 komentar:
Post a Comment
monggo / silahkan beri komentarnya.