Gaya Hidup Materialistis Dan
Bahaya-bahayanya
Segala puji bagi Allah Rab semesta
alam, shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Rasulullah y, beserta
para keluarga, sahabat, dan orang-orang yang tetap istiqomah menegakkan risalah
yang dibawanya hingga akhir zaman..
Saat ini, pandangan hidup materialistis
banyak tertanam dalam jiwa manusia, yaitu cara pandang tentang kehidupan yang
hanya terbatas pada usaha untuk mendapatkan kenikmatan sesaat di dunia fana
ini, sehingga aktifitas hidup yang dijalani hanya berkisar pada masalah
bagaimana bisa menciptakan lapangan pekerjaan, mengembangkan ekonomi, membangun
rumah dan gedung, memenuhi kepuasan hidup, dan hal-hal lain yang hanya bersifat
duniawi, tanpa memikirkan bagaimana akibatnya dan sikap apa yang seharusnya
dilakukan. Mereka menganggap bahwa kebahagiaan hidup hanya bisa diraih dengan
harta, padahal Rasulullah bersabda:
Wahai Abu Dzar apakah kamu menyangka
karena banyak harta orang menjadi kaya! Saya berkata: Ya wahai Rasulullah,
beliau bersabda: dan kamu menyangka karena harta sedikit orang menjadi miskin?
Saya berkata: Ya Wahai Rasulullah. Beliau bersabda: Sesungguhnya kekayaan
adalah kecukupan dalam hati dan kemiskinan adalah miskin hati. (H.R Hakim dan
Ibnu Hibban).
Banyak manusia tidak mengetahui bahwa
Allah l menjadikan dunia ini sebagai ladang kampung akhirat dan kampung untuk
beramal, dan akhirat sebagai kampung menuai balasan. Barangsiapa mengisi
dunianya dengan amal shaleh, niscaya ia akan menuai keberuntungan di dua
kampung tersebut. Sebaliknya barangsiapa yang menyia-nyiakan dunianya niscaya
ia akan kehilangan akhiratnya.
Allah berfirman:
Rugilah ia di dunia dan di akhirat.
Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata
(QS. 22: 11)
Allah tidak menciptakan dunia untuk
main-main tetapi Allah l menciptakannya untuk suatu hikmah yang agung,
sebagaimana firman-Nya:
Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa
yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah
diantara mereka yang terbaik perbuatannya,
(QS. 18: 7)
Pandangan Yang Salah Terhadap Dunia
Allah menjadikan berbagai kenikmatan
dunia dan perhiasan lahiriah, baik berupa harta, anak-anak, isteri, pangkat,
kekuasaan dan berbagai macam kenikmatan lainnya adalah sebagai sarana yang
seharusnya digunakan untuk mendapatkan kebahagiaan hidup di akhirat kelak. Dari
Tsauban a bahwa Rasulullah y bersabda:
Hendaklah di antara kamu sekalian
memiliki hati yang bersyukur, lisan yang berdzikir dan isteri yang salihah yang
membantu dalam urusan akhÄrat.
(H.R Ahmad dan Ibnu Majah)
Pada kenyataannya, sebahagian besar
manusia memusatkan perhatiannya pada aspek lahiriah dan kenikmatan materi
semata. Setiap hari mereka menyibukkan diri, bekerja untuk mendapatkan harta
dan kenikmatan dunia, namun lupa menyiapkan bekal amal untuk kehidupan sesudah
mati, bahkan banyak di antara mereka yang mengingkari adanya kehidupan lain
setelah kehidupan di dunia ini. Allah lberfirman:
Dan tentu mereka akan
mengatakan(pula),'Hidup hanyalah kehidupan kita di dunia saja, dan kita
sekali-kali tidak akan dibangkitkan.(QS. 6: 29)
Allah mengancam orang yang memiliki
pandangan seperti itu terhadap dunia, sebagaimana firman-Nya:
Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia
dan perhiasan, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di
dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak dirugikan. Itulah
orang-orang yang tidak memperoleh di akherat kecuali Neraka dan lenyaplah di
akherat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang
telah mereka kerjakan.(QS. 11: 15-16)
Dampak Pandangan Materialistis
Ancaman di atas berlaku bagi semua
orang yang memiliki pandangan materialistis, yaitu mereka yang beramal hanya
sekedar mencari keuntungan dunia, seperti orang-orang munafik, orang-orang
kafir, orang-orang yang menganut faham kapitalisme, komunisme dan sekulerisme.
Allah l akan menjadikan kehidupan yang sempit bagi mereka, sebagaimana sabda
Nabi:
Barangsiapa yang menjadikan dunia
sebagai tujuan utamanya maka Allah akan membuat perkaranya berantakan dan
menjadikan kemiskinan di depan kedua matanya serta tidaklah datang dunia
kecuali yang telah ditentukan kepadanya. Dan barangsiapa yang menjadikan
akhirat niatnya maka Allah akan mengumpulkan perkaranya dan dijadikan kaya di
dalam hatinya dan dunia akan datang dengan sendirinya.
(H.R Ibnu Majah dengan sanad yang
sahih).
Pandangan yang benar terhadap Kehidupan
Pandangan yang benar terhadap dunia
adalah pandangan yang menganggap bahwa apa yang ada di dunia ini, baik harta,
kekuasaan dan kekuatan materi lainnya hanyalah sebagai sarana menuju akhirat.
Karena itu pada hakekatnya dunia tidak tercela karena dirinya, tetapi pujian
atau celaan tergantung pada perbuatan hamba di dalamnya. Dunia merupakan
jembatan penyeberangan menuju kampung akhirat. Dan kehidupan yang baik yang
diperoleh penduduk surga tidak lain karena kebaikan dan amal shalih yang telah
mereka tanam ketika di dunia. Maka dunia adalah kampung jihad, shalat, puasa,
dan infaq di jalan Allah, serta medan laga untuk berlomba dalam kebaikan. Allah
l berfirman kepada penduduk surga:
(Kepada mereka dikatakan),'Makan dan
milumlah dengan sedap disebabkan amal yang telah kamu kerjakan pada hari-hari
yang telah lalu(ketika di dunia).(Al Haqqah 24)
Selayaknya kita bersiap diri
meninggalkan kampung dunia menuju kampung akhirat, dengan selalu menambah
simpanan amal kebaikan dan bersegara memenuhi panggilan Allah. Ali bin Abu
Thalib sberkata: "Sesungguhnya dunia telah habis berlalu dan akhirat
semakin mendekat dan di antara keduanya masing-masing mempunyai anak keturunan
dan jadilah kalian anak keturunan akhirat dan jangan menjadi anak keturunan
dunia karena sekarang kesempatan beramal tanpa ada hisab dan besok di akhirat
kesempatan hisab, dan tidak ada kesempatan beramal."
Oleh :
Ummu Ahmad Rifqi
(Sumber Kitab Tauhid III, Dr. Shaleh
bin Fauzan bin Abdullah Al Fauzan dan kitab Ishlahul Qulub karya Syaikh Abdul
Hadi Wahbi Serta Faraidul Kalam Lil Khulafail Kiram karya SyaikhQasim 'Asyur).
0 komentar:
Post a Comment
monggo / silahkan beri komentarnya.