Asuransi Prudential Syariah
Prudential Syariah adalah produk dari Prudential yang menanggulangi resiko dan membantu mengelola dana nasabah berbasis syariah.by: agen pru syariah/ainal mardhiah 00626435(HP:0813 6064 4601)
Menabung dan berasuransilah diprudential Syariah
Tempat terbaik untuk keluarga anda, saudara anda untuk berinvestasi, menabung dan asuransi kesehatan, pendidikan, modal, pensiun..
Percetakan " UMMI GRAFIKA " Banda Aceh
menerima permintaan percetaan dan desain bagi kebutuhan pribadi, kantor, lembaga, instansi anda.
Mari bersama meraih sukses
kadang kita sebagai manusia sering mengalami kegagalan,dan terkadang motivasi yang ada dalam diri kita pun menurun.namun ada diantara kita yang mempunyai motivasi besar namun motivasi itu mati karena dibunuh oleh diri kita sendiri.
Semoga Allah memberkahi kita
Doa adalah senjata muslim, mari berdoa meraih ridho allah semoga allah mengabulkan.
11/07/2013
Deskripsi Jurus Jitu Jadi Broker Handal
8/14/2013
Antara Televisi, Anak, dan Keluarga
Oleh: Oos M. Anwas
Abu Ahmadi, (1991), Psikologi Sosial, Jakarta: Rineka Cipta.
Abin Syamsudin Makmun, (1990), Pedoman Studi: Psikologi Kependidikan, IKIP Bandung.
Dedi Supriadi, (1997), Kontraversial tentang Dampak Kekerasan Siaran Televisi terhadap Perilaku pemirsanya; Bercinta dengan Televisi, Bandung: Remaja Rosda Karya.
Gene L. Wilkonson, (1980), Media dalam Pembelajaran: Penelitian Selama 60 tahun, Jakarta: Rajawali.
Jalaludi Rakhmat, (1991), Islam Aktual; Refleksi Sosial Seorang Cendikiawan Muslim, Bandung: Mizan.
——————————, (1985), Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaja Karya.
Oos M. Anwas, (1998), Kaum Ibu adalah Pendidik Utama, Artikel: HU: Suara Karya Jakarta, 4 Mei 1998.
Sri Andayani dan Hanif Suranto, (1997), Perilaku Antisosial di Layar Kaca; Bercinta dengan Televisi, Bandung: Remaja Rosda Karya.
Wawan Kuswandi, (1996), Komuni-kasi Massa: Sebuah Analisi Media Televisi, Jakarta: Rineka Cipta.
8/04/2013
Biadab, Kedok Amerika Dibalik Tragedi Tsunami Aceh Terbongkar (Penyebab Tsunami Ternyata Bom Nuklir AS)
Air Sumur Kehidupan
Air Sumur Kehidupan
Kehidupan memang penuh dengan perjuangan untuk mencapai suatu cita cita, angan dan harapan. Sehingga kita kadang menjadi manusia yang buas dengan harta, kita menjaga bagai harimau menjaga santapan dikala kelaparan. Itu bukanlah munafik, tapi suatu realita sifat manusia yang lebih buas akan harta dan kemewahan.Kita tidak tau mana batasan sukses, mana batasan berhasil, mana tingkat kaya, mana tingkat miskin, bahkan untuk menentukan level miskin saja dunia kebingungan. Semua dibatasi dengan benang semu. Kalau benang merah kita masih bisa melihat jelas, tapi disini kita tak dapat melihat lagi mana batasan benang tersebut, benangnya saja kita tidak dapat lihat, apalagi batasannya.
Namun kita tidak bisa memungkiri bahwa manusia butuh kebersamaan untuk berhasil, tidak ada satu orangpun di dunia ini dapat hidup tanpa bantuan orang lain, apalagi untuk mencapai tingkat sukses, atau bahagia, ataupun berhasil. Dengan kata lain manusia adalah makhluk sosial.
Sebagai makhluk sosial, manusia pasti berinteraksi satu sama lain, saling kerja sama, saling bantu, saling menolong, atau saling apapun itu namanya adalah untuk kepentingan bersama atau kepentingan orang lain ataupun untuk kepentingan diri sendiri, yang mana ketiganya saling keterkaitan atau saling ketergantungan.
Saling tolong menolong untuk kepentingan diri sendiri, sudah pasti semua orang mau, walau memang masih ada orang nyentrik tidak mau ditolong dengan alasan mandiri, hingga kewalahan sendiri. Dan tipe ini sangat sulit untuk maju, dan biasanya kurang senang dengan kesuksesan orang lain.
Saling tolong untuk kepentingan bersama, nah disini sudah mulai muncul watak watak asli manusia, yang mempunyai sejuta alasan untuk menghindar, tapi kita tetap percaya masih banyak orang yang sangat ikhlas hingga ke level ini. Dimana sangat sulit sekali untuk merealisasikan suatu kegiatan bersama dalam mencapai tingkat keberhasilan sukses. Kecuali kalau digabung dengan saling tolong untuk bersama terutama untuk sendiri.
Nah ini dia nih, Saling tolong untuk kepentingan orang lain, waduh gimana ya manusia sebagai makhluk sosial kadang menganggap ini menjadi hal sial, misalnya untuk bantu orang lain kebanyakan diantara kita akan keberatan dan kadang merasa menjadi terganggu. Yah katanya sih hal itu lumrah, sehingga kita tak siap untuk bantu orang lain. Sebagai contoh kita lihat saja di acara acara televisi sebagai reality show, dimana untuk memperoleh suatu bantuan pertolongan akan sangat sulit di dapat.
Untuk itu aku ingin menyampaikan suatu makna kehidupan, yang mungkin anda sepakat, atau mungkin ragu, atau mungkin no comment, atau bahkan tak sepakat, Nah agar tidak sulit untuk beragumentasi, pandangan ini tidak saya tujukan bagi yang tidak sepakat, saya hanya menyampaikan bagi yang tidak sepakat, atau ragu atau no comment, agar direnungkan saja.
Makna kehidupan bagaikan air sumur, yang saya sebut AIR SUMUR KEHIDUPAN, dimana setiap orang sudah mempunyai sumur masing masing, dimana besar sumur setiap orang adalah berbeda beda, dan bahkan besar mata airnya juga pasti tidak sama ada yang menetes dan bahkan ada yang mumbul mumbul, kita tahu bahwa sumur itu mempunyai level tertentu, dimana dia mempunyai batas tertinggi dan juga batas terendah. Hal ini akan silih berganti antara musim hujan dan musim kemarau.
AIR SUMUR apabila dipakai oleh satu orang, air nya tidak akan meluber sampai ke atas, dan apabila tidak dipakai juga dia akan tetap segitu. Dan apabila dipakai oleh satu kampung, mungkin dia akan menurun tetapi pada pagi hari dia telah kembali seperti semula, seperti tidak pernah dipakai, demikian juga dengan AIR SUMUR KEHIDUPAN, apabila kita memakai sendiri kekayaan kita akan tetap segitu, tidak akan mungkin sampai meluber, kecuali yang mempunyai sumber air umbul, yang sudah pasti mengalir seperti sungai, dimana darma sosialnya mengalir kemana mana tanpa terbendung, ini tidak masalah.
Nah kembali pada yang mempunyai sumber sumur, perlu kita ingat bahwa apabila kita bersosial dengan royal, yakinlah bahwa kekayaan Anda tidak akan terkuras, dia akan kembali kelevel mana kita telah dipersiapkanNya, tapi ingat sumur Anda jangan Anda jebol untuk bantu orang lain sehingga sumur Anda jadi rusak dan tak berfungsi lagi. Contohnya, Anda membantu orang yang tidak mau bekerja, sehingga apapun bentuk pertolongan Anda akan sia sia adanya. Tapi bantulah yang pantas dibantu.
Jadi sebagai seorang dermawan tidak akan jatuh miskin karena ke dermawanannya, karena begitu banyak yang mendoakan kesuksesannya. Atau tidak ada orang yang kaya raya karena kekikirannya, tapi karena kegigihannya. Mungkin ini tidak dapat dimaklumi bila Anda tidak merenungkan, sekali lagi menjadi bersifat sosial bukan berarti memberikan sumur Anda pada orang lain ataupun menjebol sumur Anda. Tapi berikanlah porsi sesuai dengan mata air dalam sumur kehidupan Anda
Note :
Mari sikapi kehidupan ini, syukuri apa yang diperoleh sehingga kita dapat memahami dan menjalankannya
Air Mata Ibu
Ibu menangis. Air mata mengucur di pipinya yang cekung. Ketika itu aku
baru selesai berdzikir setelah mengimaminya. Tasbih ditangannya terus
berputar, bersama dzikir yang terus terlantun dari bibirnya. Ibu khusyuk
dalam isak dan deraian air mata. "Kenapa Ibu menangis?" pertanyaan itu terpaksa kusimpan. Aku tidak akan mengganggu Ibu yang masih khusyuk dengan dzikir. Aku memikirkan berbagai kemungkinan penyebab menangisnya Ibu. Mungkinkah kematian Bapak? Tapi, bukankah kematian Bapak sudah lama sekali? Sudah lima tahun. Atau karena tanah kuburan Bapak yang tidak mendapat izin untuk dibeton dan hanya boleh didirikan batu nisan. Hal itu tidak akan membuat Ibu menangis. Aku sangat mengenal Ibu. Ibu paling tidak menyukai hal-hal yang berbau kemewahan. Ibu selalu ingin menginginkan kesederhanaan.
Kenapa Ibu menangis? Sayang aku sangat jarang pulang dan tidak bertemu Ibu
setiap hari. Hingga aku kurang mengetahui keadaan Ibu belakangan ini.
Mungkin ada suatu persoalan yang membebaninya....
Bertengkar dengan seseorang? Ah rasanya tidak. Setahuku Ibu tidak punya
musuh. Ia selalu mengalah setiap kali berbenturan dengan orang lain. Ibu
lebih banyak diam daripada mengomel. Tidak mungkin rasanya Ibu bertengkar
dengan orang lain, karena memang itu bukan kebiasaan Ibu. Tapi kenapa Ibu menangis? Ibu belum juga selesai berdzikir. Aku sudah selesai sejak lima menit lalu. Aku sudah berdoa, mohonkan ampun atas dosa Ibu dan Bapak yang telah mengasuhku sejak kecil. Ibu belum juga usai. Aku berdiri dan meninggalkan Ibu sendirian di ruang shalat dengan tetap
menyimpan pertanyaan, kenapa Ibu menangis? Kutunggu Ibu di
ruang makan. Bukankah Ibu selalu khusyuk dalam shalat? Kembali aku dibayang
berbagai kemungkinan. Bukankah Ibu tidak pernah lupa mendirikan shalat,
mengaji dan berdzikir? Bukankah Ibu paling senang mendengarkan ceramah di
masjid? Bukankah Ibu juga tidak melewatkan acara wirid? Bukankah Ibu
sudah cukup punya bekal untuk menghadapi segala cobaan...
Tapi kenapa Ibu sampai menangis? Karena aku mengimami Ibukah? Mustahil! Bukan sekali ini saja aku mengimami Ibu. Sudah berulang kali. Hampir setiap kali pulang ke rumah aku mengimami Ibu, terutama saat shalat maghrib dan isya. Ibu sudah berumur tujuhpuluh tahun lebih. Tujuh orang anak
merupakan berkah yang selalu disyukurinya dan kami semua kini sudah
besar. Aku yang bungsu sudah duduk di perguruan tinggi. Aneh rasanya kalau Ibu masih bersedih hati diusianya yang senja ini. Seharusnya Ibu banyak
tertawa dan bercanda bersama cucu-cucunya. Bukankah cucu-cucunya selalu
bersamanya setiap hari? "Sudah makan Yung?" tanya Ibu mengagetkanku. Ibu muncul dengan senyum mengembang. Tak kulihat bekas tangisan di wajahnya. Mungkin sudah dihapus.
Bu, Ayung sudah rindu ingin makan bersama Ibu."
menyanduk nasi dan mengambil beberapa sendok sambal. Tapi Ibu tetap saja
tidak makan nasi. Ia hanya mengambil panganan dan memakannya."Bagaimana
kuliahmu?"
"Alhamdulillah Bu, berkat doa Ibu."
kuinginkan ini selalu meluncur dari bibir Ibu. Pertanyaan itu kurasakan bagai keluhan dalam hidup. Kuakui selama kuliah aku harus berusaha dan
bekerja keras untuk memenuhi kebutuhanku sehari-hari. Uang kost, transport
dan kebutuhan kuliah. Memang, yang namanya usaha kadang-kadang dapat, kadang
tidak. Ketika dapat alhamdulillah. Aku bisa makan dan membeli kebutuhan
lain. Jika tidak, maka mau tidak mau aku harus puasa. Hal ini
yang sering aku alami. Tapi persoalan ini tidak pernah kuceritakan kepada
siapapun, termasuk Ibu dan saudara-saudaraku. Aku takut terlalu banyak
mengeluh.
"Alhamdulillah, Tuhan masih memberikan rejeki Bu," selalu kujawab begitu. Biasanya Ibu tidak akan bertanya lagi setelah itu. "Bu!" sapaku ketika Ibu terdiam. "Mmm," jawab Ibu. "Kenapa seusai shalat tadi Ibu menangis?" Ibu terdiam mendengar pertanyaanku. "Ayung cemas melihat Ibu menangis. Ibu masih diam. Aku menyelesaikan suapanku, setelah itu membasuh tangan dan melapnya dengan serbet. Ibu masih diam, tapi di matanya kulihat airmata mulai berlinang. Setelah itu berceritalah Ibu. Seminggu yang lalu di surau Balenggek tempat Ibu selalu sembahyang berjama'ah, ada ceramah agama mingguan. Ketika itu penceramahnya datang dari luar daerah. Ibu mengikuti ceramah tentang anak yang berbakti kepada orang tua dan anak yang shalih..
"Anak-anak yang shalihlah yang menyelamatkan orang tuanya dari api
neraka, karena doa anak yang shalih sangat didengar oleh Allah swt," kata
ustad. " Tapi sebaliknya orang tua tidak selamat dari api neraka jika
anak yang dididiknya tidak mampu menjalankan ibadah dan tidak pandai
membaca Alquran.
"Walaupun orang tuanya sendiri taat beribadah?" tanya Ibu waktu
itu. "Ya, apa artinya kita taat tapi tidak membuat anak taat kepada
Tuhannya. Apalagi sampai tidak bisa sembahyang dan mengaji, anak yang
jauh dari perintah Allah dan mendekati laranganNya. Maka orang tuanya di
akhirat akan ditanya tentang anak-anaknya. Maka sia-sialah ketaatan
orang tua jika di akhirat nanti anak mengakui dirinya tidak dididik oleh
orang tuanya untuk taat beribadah. Tidak pernah menegur, memukul bahkan
menamparnya, jika lalai menjalankan perintah agama." Ketika itu Ibu menyadari apa yang sudah dilakukannya selama
ini. Ibu ingat Jai, Jou, Han dan Fai. Saat itulah Ibu merasa hidup dan
ketaatannya selama ini tak berarti sama sekali. Sejak itu Ibu banyak diam dan melamun. Anak-anaknya sampai sekarang tidak pernah membaca Alquran di
rumah dan jarang sembahyang, bahkan tidak pernah sama sekali. Ibu merasa
bersalah setelah mendengar ceramah itu. Ibu menyadari bahwa ia tidak
mendidik anak-anaknya sesuai ajaran agama. Ibu selalu tidak tega
memarahi anaknya, dan melihat anaknya menangis, apalagi kalau ada yang murung dan kesal.
Mungkin itulah sebabnya anak-anak Ibu banyak yang tidak dapat
membaca Alquran Ibu tidak pernah tega memaksa mereka untuk belajar
Ibupun tidak marah. Bukankah ini berarti Ibu tidak sanggup mendidik anak.
Bukankah Ibu gagal menjadi orang tua? "Tapi Bu, bukankah Ayung selalu taat sembahyang dan membaca Alquran? Dan Ayung selalu berdoa untuk Ibu dan Bapak? Lantas apa artinya usaha Ayung selama ini Bu?" kataku kepada Ibu.
"Terima kasih Yung, Ibu sangat bangga padamu. Ibu senang kamu
mampu menjadi imam untuk Ibu. Ibu pun selalu berdoa untukmu. Yang Ibu
pikirkan adalah kakak-kakakmu yang tidak mampu membaca Alquran dan
tidak menjalankan shalat."
Kuakui selama ini memang hanya aku dan ibu yang shalat berjama'ah, walaupun sebenarnya kakak-kakakmu sedang berada di ruamh. Mereka lebih
suka duduk di lapau dan sepertinya tidak menghiraukan panggilan
azan yang berkumandang dari masjid. Dan Ibu tidak pernah menegur hal
itu. Aku pun tidak pernah mempersoalkan mereka. Sementara aku merasa takut,
selain karena lebih kecil juga karena aku takut mencampuri urusan mereka.
"Itulah Yung. Ibu merasa sedih. Kamulah satu-satunya anak Ibu yang
taat, yang mengimami Ibu, walaupun kamu yang terkecil. Entahlah.. Ibu
sudah semakin tua, ajal sudah di ambang pintu. Ternyata Ibu masih
meninggalkan banyak pekerjaan yang tidak selesai, ternyata Ibu tidak mampu
mendidik kalian dan kalian ternyata tidak bisa mendidik diri sendiri,"
kata Ibu terisak.
Air mataku mengalir tanpa terasa. "Ada apa? Kok Ibu menangis? Ini pasti ulah kamu Yung! Kamu tidak henti-hentinya membuat Ibu sedih, dan menangis. Tahukah kamu bahwa membuat orang tua bersedih hatinya itu dosa?" Tiba-tiba Han kakakku yang nomor tiga datang dan memarahiku. "Sebagai anak laki-laki kamu jangan terus-terusan bersama Ibu, itu cengeng namanya. Lihat tuh di lepau orang-orang ramai. Duduklah di sana biar orang tahu bahwa kita bermasyarakat. Bukan dalam rumah," katanya lagi sambil menekan kepalaku.
"Jangan kasar begitu pada adikmu Han. Ia kan baru sele...,"
"Kalau tidak seperti itu, ia akan lembek seperti perempuan Bu,
yang duduknya cuma di dapur." "Tapi ia kan masih kuliah." "Aah. Ibu selalu membelanya, mentang-mentang ia kuliah. Walaupun
Han tidak pernah kuliah, Han ini anak Ibu. Sekurang ajar apapun aku yang
melahirkan Han adalah Ibu. Tapi kenapa dia, Ibu perlakukan berbeda dengan
Han?" Han menunjuk-nunjuk diriku. Mendapat serangan kata-kata seperti itu, Ibu menangis lagi. Aku hanya terdiam terpana ketika Han kemudian berlalu dan tidak menghiraukan tangis Ibu. Air mata Ibu mengalir lagi. Ingin aku menghapusnya, tapi bagamana dengan kesedihannya? Allahummaghfirli waliwalidayya warhamhuma, kamarabbayana saghiraa. Amin. Hanya itu yang mampu kulakukan.*
7/30/2013
Sudahkah Anda Punya Asuransi.
Seberapa Pentingkah Asuransi Jiwa? Apakah semua orang membutuhkan Asuransi Jiwa ? jawabannya adalah : YA……merupakan suatu keharusan dan harus secepatnya. Jangan ditunda. Jika kita ingin mensyukuri apa yang diberikan oleh – Nya, manusia harus tetap berusaha. Karena kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi di masa depan, lakukan antisipasi dengan memiliki asuransi jiwa.
Dalam memilih berasuransi kita haruslah jeli dan disesuaikan dengan kebutuhan kita. AdaAsuransi Kesehatan, Asuransi Kecelakaan, Asuransi Pendidikan. Sedemikian banyaknya pilihan yang ada, namun pilihan terbaik adalah yang sudah dikemas menjadi satu, salah satu nya ansuransi Prudential.
Banyak terjadi sebuah keluarga harus menerima kenyataan hidup pahit. Sang Ayah sebagai kepala keluarga sekaligus pencari nafkah jatuh sakit dan sampai meninggal dunia sehingga meninggalkan sang istri yang tidak bekerja dan 2 anaknya yang masih kecil. Anaknya baru menginjak umur 3 tahun dan 5 tahun. Kehidupan tetaplah harus dijalani, namun sang istri akan sangatlah kesulitan biaya untuk membesarkan ke dua anak-anaknya.
Jaga keluarga anda dari resiko di atas dengan memiliki Asuransi Jiwa. Jikalau keluarga tersebut - setidaknya sang ayah - sudah memiliki Asuransi Jiwa, tentulah secara materi lebih meringankan beban keluarga yang ditinggalkan. Karena berada di rumah sakit tentulah menghabiskan biaya yang tidak sedikit. Bisa saja sampai menghabiskan aset yang dimiliki.
Dengan demikian bila Anda sudah ber-Asuransi Jiwa dapat dikatakan Anda sudah memiliki Proteksi Income dan sudah merencanakan keuangan untuk masa depan keluarga sesuai perjanjian dengan penerbit polis asuransi jiwa. Anda pasti akan mendapatkan penggantian klaim yang sesuai asal data kesehatan diberikan sesuai kondisi sebenarnya. Tidak ada rekayasa data kesehatan.
Perencanaan keuangan bukanlah sesuatu yang Anda lakukan sekali dan dilupakan. Maka ada banyak orang yang membeli Asuransi Jiwa sampai 5 polis bahkan lebih, demi keluarga yang disayangi. Untuk istrinya dan anak-anaknya. ( Tiap anggota keluarga bisa memiliki 1 s/d 2 polis ) Perencanaan keuangan merupakan sebuah proses bagi yang lajang atau belum bekeluarga. Jangan pernah karena merasa kesehatannya masih bagus lalu menunda memiliki Asuransi Jiwa. Semakin muda umur Anda semakin bagus untuk segera memproteksi diri, memiliiki Proteksi Income dan Investasi untuk perencanaan keuangan di masa depan.
Sang ayah boleh bekerja keras kapan pun dan di mana pun. Kerja terus menerus sampai terkadang lupa memperhatikan kesehatan. Demi keluarga istri dan anak – anaknya apapun akan dilakukan. Tetapi jangan lupa sampai terjadi sesuatu pada kesehatan sang ayah, akan lebih susah lagi dampaknya. Dapat di katakan percuma hasil kerja sekian tahun, jika hasil income yang didapat tidak disisihkan untuk mempunyai proteksi diri.
Lihat lah senyuman anak – anak yang membutuhkan orang tuanya. Mereka perlu kehidupan, perlu sekolah, perlu biaya jika sampai sakit.
Kehidupan keluarga akan selalu berubah dan perencanaan keuangan keluarga harus mengikuti perubahan yang terjadi dalam keuangan keluarga. Kekuatan perencanaan didukung dengan investasi yang bijak. Investasi dalam arti yang paling dasar adalah, menempatkan dana Anda untuk mendapatkan hasil yang lebih besar. Berasuransi & bernvestasi merupakan sarana terpenting dalam meningkatkan kemampuan Anda untuk menyayangi, mencintai keluarga dan menjaga kekayaan.
Dengan Anda memiliki sebuah rekening asuransi, maka Anda telah BERASURANSI sekaligus BERINVESTASI untuk masa depan Anda dan Keluarga.
Selamat Merencanakan Keuangan Anda
asuransi Prudential bukan asuransi Jadul(jaman dulu), masuknya mudah tapi klaimnya susah. Tetapi di Prudential masuknya susah karena harus di tes kesehatannya,tapi klaimnya paling gampang.
10 KESALAH PAHAMAN TENTANG SUKSES
Kesalahpahaman 1
Kesalahpahaman 2--
Kesalahpahaman 3--
Kesalahpahaman 4--
Kesalahpahaman 5--
Kesalahpahaman 6--
Kesalahpahaman 7--
Kesalahpahaman 8--
Kesalahpahaman 9--
Kesalahpahaman 10--
Agar tidak bersifat sombong dan angkuh
7/29/2013
Episode ( Cinta ) kali ini, mengingatkan kita untuk hati - hati terhadap
apa
dan siapa yang kita cintai.
**waktu mau makan ingat kamu, waktu bercermin ingat kamu, waktu mau
belajar
ingat kamu, waktu mau tidur ingat kamu,......**
( kalo nggak salah dina mariana yang nyanyi, betul nggak Mas Gugah )
Demikianlah kira-kira bunyi sebuah syair lagu (kalau nggak salah) yang
pernah ngetrend. Lagu itu memang bertema cinta. Cinta suci katanya.
Eit... tapi tunggu dulu apa benar cinta suci, apa benar cinta sejati. Atau
sekedar cinta syahwati.
Cinta adalah karunia Allah. Bahkan Allah menciptakan alam semesta ini
karena
cintaNya. Karenanya alam dan dunia ini adalah lautan cinta.
Cinta itu suka atau senang. Cinta itu keinginan untuk memberi, demikian
kata
orang. Tapi bila mendengar kata cinta, yang muncul di otak adalah pacar.
Inilah kesalahan kebanyakan orang dalam mengartikan cinta. Cinta yang
mereka
kenal adalah cinta syahwati. Apa memang sedemikian rendah nilai cinta.
Cinta memang mempunyai kekuatan yang luar biasa. Dan kekuatan cinta mampu
membikin pribadi yang nekat atau pribadi yang taat. Nekat dalam arti
berani
melanggar aturan-aturan dari Allah. Sehingga sampai-sampai bilang,"Khan
cuma-pegang-pegangan tangan." Na'udzubillah min dzalik.
Kalau bicara masalah cinta memang tak kan habis-habis. Namun berapapun
banyaknya nuansa cinta, sebenarnya hanya ada dua versi cinta, yaitu cinta
imani (cinta robbani), adalah cinta yang berlandaskan kepada keimanan, dan
cinta syahwati, cinta yang berlandaskan pada hawa nafsu yang ditunggangi
oleh syaithon laknatullah.
Cinta imani inilah sesungguhnya yang merupakan cinta sejati. Tapi
pengertian
ini telah diputar balik, sehingga cinta syahwati dianggap sebagai cinta
suci
yang harus diperjuangkan sampai tetes darah penghabisan, dengan bunuh diri
misalnya.
Mahabbah (kecintaan) seorang mu*min adalah harus berlandaskan keimanan.
Dan
kecintaan tertinggi adalah kecintaan kepada Allah (mahabbatullah).
Kecintaan kepada Allah adalah mutlak dan di atas segala-galanya. Sedangkan
bagi orang kafir sudah jelas cintanya adalah cinta syahwati.
Tanda-tanda Cinta.
Cinta secara umum mempunyai tanda-tanda dan gejala-gejala yang sama.
Pertama
adalah banyak mengingat (pada yang dicintai). Sebagaimana syair lagu di
atas, hatinya selalu teringat dan terkenang kepada yang dicintai. Di
mana-mana pun pokoknya ingat deh. Apabila suatu saat secara tiba-tiba
disebutkan nama yang kita cintai, maka hati kita tersentak.
Hati kita deg-deg sir,"Ada apa ini." Demikian pula bila kita mendapatkan
surat dari yang kita cintai. Maka bagi seorang mukmin karena kecintaan
kepada Allah adalah yang tertinggi, bila disebut namaNya, gemetarlah
hatinya
dan jika dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah imannya. (QS Al Anfal ayat
2).
Tanda yang kedua adalah takjub dan kagum (kepada yang dicintai).
Kalau sudah cinta katanya hidung pesek jadi mancung. Atau bahkan tahi
kambing dirasa coklat, ucap seorang penyanyi.. Karena begitu kagumnya
kepada
yang dicintai. Bagi cinta yang dilandasi syahwat, kekaguman nya bersifat
sementara dan tidak membekas dalam hati, karena manusia mempunyai rasa
selalu tidak puas. Maka tepatlah petunjuk Rasulullah SAW, bila mencari
istri, pilihlah karena agamanya sebagai prioritas utama, bukan cantiknya,
bukan kayanya, bukan kebangsawanannya.
Kekaguman karena iman akan memberikan hal yang berbeda, ia akan membekas
dalam hati. Apalagi kekaguman akan kebesaran dan kekuasaan Allah.
"(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau
dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit
dan
bumi (seraya berkata): Ya Rabb kami,tiadalah Engkau menciptakan ini dengan
sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka." (QS
Ali
Imran ayat 191).
Yang ketiga dan keempat adalah ridlo (rela) dan pengorbanan.
Seorang mu'min karena cintanya yang sangat kepada Allah, ia akan rela
mengorbankan segalanya demi mencapai keridloan Sang Pemberi cinta, Allah
SWT. Kalau cinta syahwati, keridloannya pun bersifat untuk memenuhi hawa
nafsunya saja. Karena jabatan mau saja menyembah-nyembah atasan. Karena
ridlo dengan si dia sampai-sampai mengorbankan kehormatannya. Atau SPP
amblas, sehingga orang tua yang kalang kabut.
Kecintaan kepada sesuatu dengan tanda-tandanya di atas akan melahirkan
rasa
takut dan harap serta suatu ketaatan. Ini merupakan hal yang wajar dan
logis. Karena mencintainya, kita takut kehilangan, atau kawatir cinta kita
diterima apa nggak. Dan kita mengharapkan selalu dekat dengan yang kita
cintai. Otomatis supaya kekawatiran kita tidak terjadi dan harapan kita
terpenuhi, kita taat kepada yang kita cintai.
Jika dibilang,"Kalau cinta, traktir dong..." kemudian ia mentraktir dengan
uang SPP nya, maka ini adalah salah satu bentuk ketaatan. Tentu saja
bentuk
pengorbanannya adalah uang SPP. Demikian pula bila diajak nonton film di
bioskop, padahal yang ngajak itu orang lain, kemudian mau, juga merupakan
ketaatan. Ketaatan yang salah. Ketaatan yang sesat.
Kecintaan yang haq (yang berlandaskan iman) akan melahirkan ketakutan,
pengharapan dan ketaatan hanya kepadaNya. Meskipun memiliki tanda-tanda
yang
sama, tetap saja antara cinta imani dan cinta syahwati adalah bertolak
belakang. Karena yang satu haq dan yang lain bathil.
Prioritas dan Peringkat-peringkat cinta.
Dalam cinta pun ada skala prioritas seperti halnya membelanjakan uang. Ada
seseorang yang tidak punya baju sama sekali, kemudian ia tidak membeli
baju
tapi malahan membeli sepeda. Suatu hari ia bersepeda tanpa pakaian. Tentu
saja orang-orang berkata,"Orang itu sudah sinthing. Mbok ya beli baju
dulu."
Demikianlah kita harus punya prioritas cinta, supaya tidak dibilang
sinthing. Untuk itu kita harus mengenal apa yang disebut maratibul
mahabbah
(peringkat-peringkat cinta). Dengan memahami peringkat-peringkat cinta ini
mudah-mudahan kita tidak terjerumus dalam syirik cinta.
Peringkat pertama adalah tatayyum.
Yaitu cinta yang melahirkan sikap untuk menghamba secara mutlak dan
melakukan pengorbanan sampai tetes darah penghabisan. Ini adalah kecintaan
tertinggi dan hanya kita berikan kepada Allah Rabbul 'alamin. Seorang
mukmin
amat sangat cintanya kepada Allah. (QS Al Baqarah ayat 165).
Peringkat kedua adalah 'isyq.
Yaitu cinta yang melahirkan ketundukkan terhadap segala perintah dan
larangannya, membangkitkan sikap hormat yang tinggi, mengikuti dan
membelanya. Kecintaan seperti ini adalah hak Rasulullah. Namun 'isyq tidak
mendorong seseorang menjadi hamba Muhammad. Inilah yang membedakan dengan
tatayyum.
Peringkat ketiga adalah syauq (kerinduan).
Yaitu cinta yang membuahkan mawaddah wa rahmah (kasih sayang), menjadi
perekat yang kuat dalam membangun ummat. Ini adalah cinta antara mu*min
dengan mu*min lainnya,
antara orang tua dengan anak, antara suami dengan istri, dengan saudara
yang
mukmin.
Peringkat keempat adalah shababah. Ditujukan kepada sesama muslim yang
akan
melahirkan ukhuwah (persaudaraan).
Peringkat kelima adalah 'ithf (simpati). Ditujukan kepada sesama manusia.
Rasa simpati mendorong seorang mu'min untuk menolong manusia ke jalan yang
benar (dakwah). Bila hilang rasa simpati, seseorang menjadi cuek, tak
peduli
dengan kerusakan masyarakat dan lingkungan sekitarnya.
Peringkat keenam dan yang paling sederhana adalah 'alaqah. yaitu kecintaan
kepada selain yang di atas, harta benda misalnya. Islam membenarkan cinta
ini dalam bentuk intifa' (memanfaatkan, mendayagunakan). Cinta pada harta
benda yang berlebihan membahayakan manusia sendiri. Para salafusshalih
berdoa kepada Allah agar jangan sampai dunia menempati hati mereka, cukup
di
tangan saja. Artinya jangan sampai dunia yang menguasai mereka tapi mereka
yang menguasai dunia.
Jadi kecintaan tertinggi seorang mukmin adalah untuk Allah, kemudian
Rasulullah dan jihad di jalan Allah. Baru setelah itu kepada orang tua,
saudara yang mukmin, suami atau istri, anak dan seterusnya.
"Katakanlah: Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri,
kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu
kawatiri kerugiannya, rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah
lebih kamu cintai daripada Allah dan RasulNya dan (dari) berjihad di
jalanNya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusanNya. Dan Allah
tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik."(QS At Taubah ayat 24).
Memang manusia secara naluriah mempunyai rasa cinta kepada lawan jenis,
anak-anak, harta benda, seperti Firman Allah dalam QS Ali Imran ayat 14.
"Dijadikan indah dalam pandangan manusia kecintaan kepada apa-apa yang
diingini yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis
emas,
perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang."
Namun hal itu bukanlah legitimasi untuk menjadikan cinta syahwati sebagai
yang dipuja sedemikian rupa. Karena Allah telah menentukan
batasan-batasan.
Kecintaan tertinggi adalah untuk Allah, maka kecintaan kita kepada sesuatu
adalah karena kecintaan kita kepada Allah. Maksudnya sesuai dengan
atura-aturan dari Allah. Kita boleh mencintai lawan jenis, tapi caranya
adalah yang sesuai dengan aturan Allah, yaitu setelah menikah, bukan
pacaran. Model pacaran itu bukan dari Allah, tapi dari
syaithon laknatullah.
Jika kita lihat dalam realitas, banyak orang masih menempatkan kecintaan
tidak pada tempatnya. Ada yang menempatkan cinta tertinggi untuk sesuatu
selain Allah. Entah harta atau yang lain-lain. Mereka lebih mencintai
dunia
daripada akherat. Inilah sikap orang yang buta cinta. karena buta cinta
dunia menjadi tuan, kekasih menjadi pujaan. Menjadi ilah-ilah yang lain.
Kelaziman Cinta.
Ibnu Taimiyah berkata,"Mencintai apa yang dicintai kekasih adalah
kesempurnaan dari cinta pada kekasih."
Apa yang dikatakan Ibnu Taimiyah inilah yang disebut kelaziman cinta,
lumrahnya sesorang kepada yang dicintainya. Lumrahnya seseorang kepada
yang
dicintai adalah mencintai siapa-siapa dan apa apa yang dicintai kekasih.
Dan
membenci siapa-siapa dan apa-apa yang dibenci kekasih.
Jika Allah mencintai nabi dan RasulNya, kita pun harus mencintai mereka.
Allah mencintai orang- orang yang beriman, amal sholeh, akhlaqul karimah,
maka demikian pula seharusnya dengan kita.
Allah mencintai kebersihan. Bagaimana kita bisa disebut cinta kepada Allah
kalau kita tidak menyukai dan menjaga kebersihan. Allah membenci
orang-orang
kafir, munafiq maka kita pun demikian. Allah membenci perbuatan tercela,
seperti zina, memperturutkan hawa nafsu, berjudi, mabuk, korupsi maka kita
wajib menjauh perbuatan-perbuatan semacam ini.
Aljabar Cinta.
Aljabar atau perhitungan cinta tidak sama dengan aljabar dalam pelajaran
matematika kita. Kalau dalam matematika yang kita pelajari 100 dibagi 2
sama
dengan 50.
Dalam aljabar cinta tidak begitu. Bila kita mencintai Allah, Rasul dan
jihad
bukan berarti untuk Allah 70%, untuk Rasulullah 20% dan seterusnya. Sama
sekali bukan.
Kecintaan seorang mukmin kepada Allah adalah mutlak. Kecintaan kepada yang
lain tidak mengurangi kecintaan kita kepada Allah. Karena pada dasarnya
kecintaan kepada yang lain bagi seorang mu*min adalah karena kecintaannya
kepada Allah.
Mulai sekarang kita harus tahu mana cinta imani dan mana cinta syahwati.
Maka jangan sampai salah menempatkan cinta. Sehingga syair lagu di atas
seharusnya "waktu mau makan ingat Allah, waktu bercermin ingat Allah,
waktu
mau belajar ingat Allah, waktu mau tidur ingat Allah..," dengan doa-doa
yang
diajarkan Rasulullah SAW.
Wallahu a'lam.
Maroji': Majalah Ummi; Al Islam, Said Hawwa; Jundullah, Said Hawwa;
Kuliah Tauhid, Muh. Immadudin.