Asuransi Prudential Syariah

Prudential Syariah adalah produk dari Prudential yang menanggulangi resiko dan membantu mengelola dana nasabah berbasis syariah.by: agen pru syariah/ainal mardhiah 00626435(HP:0813 6064 4601)

Menabung dan berasuransilah diprudential Syariah

Tempat terbaik untuk keluarga anda, saudara anda untuk berinvestasi, menabung dan asuransi kesehatan, pendidikan, modal, pensiun..

Percetakan " UMMI GRAFIKA " Banda Aceh

menerima permintaan percetaan dan desain bagi kebutuhan pribadi, kantor, lembaga, instansi anda.

Mari bersama meraih sukses

kadang kita sebagai manusia sering mengalami kegagalan,dan terkadang motivasi yang ada dalam diri kita pun menurun.namun ada diantara kita yang mempunyai motivasi besar namun motivasi itu mati karena dibunuh oleh diri kita sendiri.

Semoga Allah memberkahi kita

Doa adalah senjata muslim, mari berdoa meraih ridho allah semoga allah mengabulkan.

4/30/2013

Jujur Kepada Anak, Kenapa Tidak?


Jujur Kepada Anak, Kenapa Tidak?

eramuslim - Jujur kepada anak, kenapa tidak? Ungkapan ini agaknya cocok ditujukan pada orang tua yang selama ini selalu merasa diri mereka paling benar di hadapan anak. Sekalipun mereka mungkin salah, dan anak berada di pihak yang benar. Perasaan gengsi jika mengaku bersalah di hadapan anak, adakalanya membuat orangtua malu berlaku jujur pada anak.

Tentu saja sikap otoriter seperti itu sangat tidak dibenarkan. Sebab, otoritarianisme bukanlah budaya yang baik jika diterapkan dimana pun, apalagi tumbuh dan berkembang dalam keluarga kita. Anak, betapapun mungkin kita anggap nakal, tetapi sesungguhnya dia tidak bermaksud berbuat nakal. Jika ia sedang bermain hatta sampai merusak barang yang kita sayangi secara tidak sengaja misalnya, tindakan mereka bukan untuk main-main yang tanpa tujuan. Bermain untuk anak usia tertentu, adalah sesuatu yang serius dan keharusan.

Rosulullah SAW bersabda; "Hobi, permainan dan kelincahan gerak seorang anak pada waktu kecil, akan mempertajam pemikirannya ketika dewasa." (HR At-Tirmidzi).

Imam Al-Ghazali menjelaskan dalam Ihya 'Ulumuddin juz V bab Mengobati Penyakit Hati, "Hendaknya anak kecil diberi kesempatan bermain. Melarangnya bermain dan menyibukkannya dengan belajar terus akan mematikan hatinya, mengurangi kecerdasannya, dan membuatnya jemu terhadap hidup, sehingga ia akan sering mencari alasan untuk membebaskan diri dari keadaan sumpek itu."

Jika anak melakukan tindakan yang perlu diluruskan, orangtua bisa melakukannya dengan memberikan tindakan alternatif lain yang baik. Misalnya anak berteriak-teriak di waktu malam, ibu dapat mengatakan, "Hanif, main sama Umi yuk! Ini lho, Umi punya gambar bagus. Kita warnai yuk sama-sama!"

Tentu saja memarahi anak yang rewel atau susah disuruh berhenti tatkala bermain-main, dengan mengeluarkan umpatan atau bahkan sampai menyakitinya, bukanlah tindakan yang bijak. "Ayo diam, nanti ada setan lho", kalimat yang biasanya kerap digunakan para ibu untuk mendiamkan anaknya yang menangis tengah malam, adalah tindakan yang sangat keliru. Dengan begitu anak, secara tidak langsung diajarkan untuk takut kepada setan.

Sebaiknya, orangtua menghindari kata-kata yang bersifat larangan. Sebab anak sulit menentukan alternatif tindakan, ketika ia tidak boleh berteriak-teriak misalnya. Boleh jadi dengan cara otoriter, kita bisa mendiamkan anak, tapi kemudian anak mungkin akan memukul-mukul benda yang lain. "Kamu bisa diam apa enggak sih?! Awas kalau tidak Bapak gebuk kamu!"

"Tadi kan Bapak kan cuma melarang Hanif berteriak, mukul-mukul kaleng boleh kan?" mungkin begitu jawaban anak.

"Eh..., kamu ngelawan ya!" dan ....'plak' tangan kita pun melayang ke paha atau pantat anak.

Jelas, jika seperti itu tindakan yang kita ambil, adalah keliru besar. Anak tentu heran, sebab jalan pikirannya sangat sederhana. Ia pasti tak akan sanggup membaca alam pikiran kita. Karena anak merasa, bahwa apa yang dilakukannya bukan dimaksudkan untuk melawan orangtua, apalagi bermaksud kurang ajar kepada kita.

Tindakan tangan besi yang kita timpakan pada anak, jelas bukan hanya tidak dimengerti anak. Tapi anak akan merasa sedih dan tertekan jiwanya. Pukulan yang kita lakukan terhadap anak, pasti akan berbekas dan sulit dihilangkan dalam waktu lama. Jika saja kondisi kejiwaan anak seperti itu kita tidak sadari, tentu saja berbahaya bagi perkembangan kejiwaan dan kreatifitas anak.

Betapapun sederhananya, anak mempunyai argumen-argumen atas setiap tindakannya. Ia pasti punya alasan kenapa dia berbuat "nakal", sesuai dengan jalan pikirannya yang sederhana. Jalan pikirannya inilah yang seyogyanya tidak dipaksakan harus mengikuti frame pemikiran kita.

Umpatan dan tindakan main tangan besi pada anak jelas suatu kekeliruan dan kesalahan. Kita tidak usah malu meminta ma'af pada anak, jika memang kita kelepasan mulut atau tangan, sehingga keluar umpatan dan pukulan. Sebab minta ma'af atas kekeliruan kita pada anak bukan suatu yang aib dan menjatuhkan martabat kita di hadapan anak. Percayalah dengan jujur mengakui kesalahan kita, kewibawaan kita tidak akan dilecehkan anak. Bahkan anak akan lebih hormat pada kita dan insya Allah menjadikannya lebih penurut. Wallahu a'lam. (sulthoni)

4/18/2013

Jujur Kepada Anak, Kenapa Tidak?


Jujur Kepada Anak, Kenapa Tidak?

eramuslim - Jujur kepada anak, kenapa tidak? Ungkapan ini agaknya cocok ditujukan pada orang tua yang selama ini selalu merasa diri mereka paling benar di hadapan anak. Sekalipun mereka mungkin salah, dan anak berada di pihak yang benar. Perasaan gengsi jika mengaku bersalah di hadapan anak, adakalanya membuat orangtua malu berlaku jujur pada anak.

Tentu saja sikap otoriter seperti itu sangat tidak dibenarkan. Sebab, otoritarianisme bukanlah budaya yang baik jika diterapkan dimana pun, apalagi tumbuh dan berkembang dalam keluarga kita. Anak, betapapun mungkin kita anggap nakal, tetapi sesungguhnya dia tidak bermaksud berbuat nakal. Jika ia sedang bermain hatta sampai merusak barang yang kita sayangi secara tidak sengaja misalnya, tindakan mereka bukan untuk main-main yang tanpa tujuan. Bermain untuk anak usia tertentu, adalah sesuatu yang serius dan keharusan.

Rosulullah SAW bersabda; "Hobi, permainan dan kelincahan gerak seorang anak pada waktu kecil, akan mempertajam pemikirannya ketika dewasa." (HR At-Tirmidzi).
 
Imam Al-Ghazali menjelaskan dalam Ihya 'Ulumuddin juz V bab Mengobati Penyakit Hati, "Hendaknya anak kecil diberi kesempatan bermain. Melarangnya bermain dan menyibukkannya dengan belajar terus akan mematikan hatinya, mengurangi kecerdasannya, dan membuatnya jemu terhadap hidup, sehingga ia akan sering mencari alasan untuk membebaskan diri dari keadaan sumpek itu."

Jika anak melakukan tindakan yang perlu diluruskan, orangtua bisa melakukannya dengan memberikan tindakan alternatif lain yang baik. Misalnya anak berteriak-teriak di waktu malam, ibu dapat mengatakan, "Hanif, main sama Umi yuk! Ini lho, Umi punya gambar bagus. Kita warnai yuk sama-sama!"

Tentu saja memarahi anak yang rewel atau susah disuruh berhenti tatkala bermain-main, dengan mengeluarkan umpatan atau bahkan sampai menyakitinya, bukanlah tindakan yang bijak. "Ayo diam, nanti ada setan lho", kalimat yang biasanya kerap digunakan para ibu untuk mendiamkan anaknya yang menangis tengah malam, adalah tindakan yang sangat keliru. Dengan begitu anak, secara tidak langsung diajarkan untuk takut kepada setan.

Sebaiknya, orangtua menghindari kata-kata yang bersifat larangan. Sebab anak sulit menentukan alternatif tindakan, ketika ia tidak boleh berteriak-teriak misalnya. Boleh jadi dengan cara otoriter, kita bisa mendiamkan anak, tapi kemudian anak mungkin akan memukul-mukul benda yang lain. "Kamu bisa diam apa enggak sih?! Awas kalau tidak Bapak gebuk kamu!"

"Tadi kan Bapak kan cuma melarang Hanif berteriak, mukul-mukul kaleng boleh kan?" mungkin begitu jawaban anak.

"Eh..., kamu ngelawan ya!" dan ....'plak' tangan kita pun melayang ke paha atau pantat anak.

Jelas, jika seperti itu tindakan yang kita ambil, adalah keliru besar. Anak tentu heran, sebab jalan pikirannya sangat sederhana. Ia pasti tak akan sanggup membaca alam pikiran kita. Karena anak merasa, bahwa apa yang dilakukannya bukan dimaksudkan untuk melawan orangtua, apalagi bermaksud kurang ajar kepada kita.

Tindakan tangan besi yang kita timpakan pada anak, jelas bukan hanya tidak dimengerti anak. Tapi anak akan merasa sedih dan tertekan jiwanya. Pukulan yang kita lakukan terhadap anak, pasti akan berbekas dan sulit dihilangkan dalam waktu lama. Jika saja kondisi kejiwaan anak seperti itu kita tidak sadari, tentu saja berbahaya bagi perkembangan kejiwaan dan kreatifitas anak.

Betapapun sederhananya, anak mempunyai argumen-argumen atas setiap tindakannya. Ia pasti punya alasan kenapa dia berbuat "nakal", sesuai dengan jalan pikirannya yang sederhana. Jalan pikirannya inilah yang seyogyanya tidak dipaksakan harus mengikuti frame pemikiran kita.

Umpatan dan tindakan main tangan besi pada anak jelas suatu kekeliruan dan kesalahan. Kita tidak usah malu meminta ma'af pada anak, jika memang kita kelepasan mulut atau tangan, sehingga keluar umpatan dan pukulan. Sebab minta ma'af atas kekeliruan kita pada anak bukan suatu yang aib dan menjatuhkan martabat kita di hadapan anak. Percayalah dengan jujur mengakui kesalahan kita, kewibawaan kita tidak akan dilecehkan anak. Bahkan anak akan lebih hormat pada kita dan insya Allah menjadikannya lebih penurut. Wallahu a'lam. (sulthoni)

4/17/2013

Jilbab Muslimah


Jilbab Muslimah
Oleh: Rita Prasetiani


... maraknya berbagai model busana muslimah sekarang ini, bukan berarti kita tidak boleh menyukainya bahkan memakainya, asalkan semuanya tidak melanggar rambu-rambu yang sudah dijelaskan di atas dan yang lebih penting kita harus bisa menjaga hati kita agar busana muslimah yang kita kenakan tidak menyeret kita ke neraka karena niat kita berubah dari ingin menjalankan perintah Allah SWT ...


--------------------------------------------------------------------------------

AlDakwah.com- "Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mu'min: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Ahzab: 59).

Firman Allah SWT di atas telah jelas menegaskan tentang kewajiban para muslimah untuk menutup auratnya. Semestinya melalui ayat ini tidak ada lagi keraguan-keraguan atau perbedaan pendapat tentang wajibnya memakai jilbab untuk menutup aurat. Harusnya juga tidak ada lagi orang tua atau para pendidik yang melarang anak-anak wanitanya atau para anak didiknya untuk memakai jilbab.

Mungkin masih segar dalam ingatan kita bagaimana para muslimah di awal-awal perjuangannya untuk mengenakan busana muslimah mendapat berbagai tantangan, hinaan, bahkan siksaan. Meraka mendapatkan berbagai tekanan baik dari sekolah maupun dari orang tua. Banyak diantara mereka yang dikeluarkan dari sekolah bahkan diusir dari rumah dan dijauhi oleh keluarganya. Tetapi itu semua tidak menyurutkan langkah para muslimah untuk tetap istiqomah di jalannya bahkan jumlahnya semakin bertambah.

Seiring dengan berjalannya waktu dan dengan bantuan Allah SWT, perlahan-lahan jilbab mulai dapat diterima di tengah masyarakat. Dengan SK pemerintah tentang diperbolehkannya memakai jilbab di sekolah cukup membawa angin segar bagi para muslimah untuk tetap menutup aurat ketika bersekolah. Akan tetapi cobaan lain kembali datang mengguncang keberadaan jilbab dengan adanya isu jilbab beracun. Di mana-mana muslimah dicurigai sebagai penyebar racun yang mematikan. Bahkan tak jarang ada muslimah yang digeledah karena dituduh membawa racun dibalik jubahnya.

Sekali lagi dengan kebesaran Allah itu semua tidak menggoyahkan keeksistensian jilbab dan kini para muslimah semakin banyak yang mengenakan jilbab secara bebas. Bahkan jilbab sudah diterima diberbagai kalangan. Sekarang kita dapat menemukan para muslimah dengan jilbabnya bebas berkiprah di berbagai bidang baik di sekolah, di kampus, dan di perkantoran. Secara kuantitas, kita boleh berbangga dengan banyaknya para muslimah yang bersedia menutup auratnya. Di satu sisi ini memang fenomena yang menggembirakan tetapi di sisi lain memprihatinkan. Memprihatinkan karena banyak muslimah yang mengenakan jilbab tanpa memperhatikan rambu-rambu yang jelas tentang aturan memakai jilbab. Mereka memakai jilbab tetapi pendek atau mengenakan pakaian yang ketat. Kelihatannya mereka menganggap jilbab seakan-akan model pakaian baru yang sedang trend dan harus diikuti sehingga mereka-walaupun kita tidak tahu niat mereka yang sebenarnya- hanya memakai jilbab tanpa mengerti bagaimana aturan jilbab muslimah yang diharuskan oleh syariat.


Berikut ini adalah rambu-rambu atau syarat-syarat jilbab muslimah:


1. Menutup seluruh badan selain yang dikecualikan, menurut ijma' para ulama bagian yang dikecualikan itu adalah wajah dan telapak tangannya. Ada kaum muslimah yang tidak mengindahkan rambu ini sehingga dia memakai jilbab tetapi lengannya di biarkan terbuka atau telapak kakinya terbuka. Ada juga yang tetap mengenakan rok yang memperlihatkan betis mereka.


2. Bukan berfungsi sebagai perhiasan, rambu ini berdasarkan firman Allah SWT yang cuplikan ayatnya terdapat dalam surat An-Nur: 31, yaitu:
"………Dan janganlah kaum wanita itu menampakkan perhiasan mereka…."
Secara umum kandungan ayat ini juga mencakup pakaian biasa jika dihiasi dengan sesuatu, yang menyebabkan kaum lelaki melirikkan pandangan kepadanya. Perintah mengenakan jilbab bermaksud untuk menutupi perhiasan wanita. Maka tidaklah masuk akal bahwa jilbab itu akhirnya berfungsi sebagai hiasan.

Kini banyak kaum muslimah yang memakai jilbab dengan tidak mengulurkan kain kudungnya untuk menutupi dada mereka tetapi dibentuk sedemikian rupa dengan cara dililitkan di leher sehingga terkadang lehernya terbuka tak tertutup jilbab atau membiarkan bagian rambutnnya terlihat. Kecenderungan para muslimah untuk memakai jilbab kini didukung penuh oleh berbagai rumah mode yang lihai melihat pasar sehingga perkembangan model-model busana muslimah semakin marak. Mereka berlomba-lomba merancang busana muslimah sehingga fungsinya sedikit berubah. Ditambah berbagai aksesoris dan riasan membuat busana muslimah berubah fungsi sebagai perhiasan dan menambah kecantikan wanita sehingga wanita yang memakainya dapat menjadi pusat perhatian.


3. Harus longgar, tidak ketat, sehingga tidak dapat menggambarkan sesuatu dari tubuhnya. Entah ada semacam mode baru dalam dunia perjilbaban, kini muncul istilah jilbab gaul. Entah apa artinya, mungkin menggambarkan sipemakainya walaupun memakai jilbab tetapi tetap bisa bermodel, bergaul akrab dengan siapa saja termasuk dengan lawan jenis, bahkan mungkin masih bisa jalan-jalan sore di mal. Indikasi jilbab gaul salah satunya adalah berpakaian ketat. Walaupun pakaiannya panjang, tetap saja dapat menggambarkan lekuk tubuhnya, misalnya rok ketat, kemeja atau kaus ketat, dan celana panjang. Pakaian model seperti ini tentu saja melanggar aturan jilbab muslimah yang sesuai dengan syariat.


4. Kainnya harus tebal dan tidak tipis. Tentu saja jika busana muslimah berfungsi untuk menutup aurat maka bahannya harus tebal dan tidak tipis. Jika bahannya tipis artinya sama saja ia tidak menutup auratnya bahkan memancing godaan dan menampakkan perhiasannya. Hal ini seperti yang diterangkan oleh Rasulullah saw dalam hadits berikut ini:
"Pada akhir umatku nanti akan ada wanita-wanita yang berpakaian namun (hakekatnya) telanjang. Di atas kepala mereka seperti terdapat bongkol (punuk) onta. Kutuklah mereka karena sebenarnya mereka itu adalah kaum wanita yang terkutuk."


5. Tidak diberi wewangian atau parfum. Ini berdasarkan berbagai hadits yang melarang kaum wanita untuk memakai wewangian bila mereka keluar rumah, seperti yang tertera dalam hadits berikut ini:
Dari Abu Musa Al-Asya'ri bahwasanya ia berkata: Rasulullah saw telah bersabda: "Siapapun perempuan yang memakai wewangian, lalu ia melewati kaum lelaki agar mereka mendapat baunya, maka ia adalah pezina. (HR. An-Nasai, Abu Dawud, dan At-Tirmidzi)
Walaupun ada larangan bagi muslimah untuk memakai wewangain bukan berarti muslimah harus tampil dengan bau yang tidak sedap. Muslimah harus tetap menjaga kebersihan tubuh, pakaian, dan jilbabnya agar tidak menimbulkan bau badan yang dapat mengganggu dan menimbulkan fitnah baru yaitu adanya penilaian orang bahwa orang yang memakai jilbab mempunyai bau yang tidak sedap. Perawatan tubuh tetap diperbolehkan bagi muslimah asal tidak jatuh pada perbuatan tabarruj atau berhias.


6. Tidak menyerupai pakaian laki-laki. Masalah ini ditegaskan dalam hadits Rasulullah berikut ini:
Dari Abu Hurairah yang berkata: "Rasulullah melaknat pria yang memakai pakaian wanita dan wanita yang memakai pakaian pria." (HR. Abu dawud, Ibnu Majah, Al-Hakim, dan Ahmad).

7. Tidak menyerupai pakaian wanita-wanita kafir. Dalam syari'at islam telah ditetapkan bahwa kaum muslimin, baik laki-laki maupun wanita, tidak diperbolehkan bertasyabuh (menyerupai) orang-orang kafir, baik dalam ibadah, ikut merayakan hari raya, dan berpakaian dengan pakaian khas mereka.


8. Bukan Libas syuhrah (pakaian untuk mencari popularitas). Larangan ini berdasarkan hadits berikut:
"Berdasarkan hadits Ibnu Umar ra. Yang berkata: Rasulullah saw bersabda: "Barangsiapa mengenakan pakaian syuhrah (untuk mencari popularitas) di dunia, niscaya Allah mengenakan pakaian kehinaan kepadanya pada hari kiamat, kemudian membakarnya dengan api naar." (HR. Ibnu Najah dan Abu Dawud).
Asy-Syaukani dalam Nailul Authar memberikan definisi tentang libas syuhrah yaitu setiap pakaian yang dipakai dengan tujuan meraih popularitas di tengah-tengah orang banyak, baik pakaian tersebut mahal, yang dipakai oleh seseorang untuk berbangga dengan dunia dan perhiasannya, maupun pakaian yang bernilai rendah yang dipakai seseorang untuk menampakkan kezuhudannya dan dengan tujuan riya.


Semua ini adalah adalah rambu-rambu yang sudah ditetapkan syari'at untuk mengatur bagaimana seorang muslimah berjilbab dan menutup auratnya. Tentang maraknya berbagai model busana muslimah sekarang ini, bukan berarti kita tidak boleh menyukainya bahkan memakainya, asalkan semuanya tidak melanggar rambu-rambu yang sudah dijelaskan di atas dan yang lebih penting kita harus bisa menjaga hati kita agar busana muslimah yang kita kenakan tidak menyeret kita ke neraka karena niat kita berubah dari ingin menjalankan perintah Allah SWT untuk menutup aurat menjadi riya atau mencari popularitas. Semoga Allah SWT tetap menjaga hati kita agar senantiasa bersikap dan berbuat hanya untuk mencari keridhaan-Nya. Amin.
Sumber: Jilbab Wanita Muslimah, Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Pustaka At-Tibyan, Solo, 2000 M.


4/16/2013

Jangan Jadi Suami Egois


Jangan Jadi Suami Egois

Sering terbayang di benak pikiran sebagian suami, bahwa dia tidak sukses di dalam memilih istri ideal yang diidam-idamkannya. Entah wajah sang istri yang kurang cantiklah. Postur tubuhnya yang kurang menariklah. Atau sifat dan tabiat sang istri yang tidak berkenan di hati.
Pikiran ini senantiasa menghantui hati sanubari sang suami sehingga berdampak pada perubahan sikap terhadap isterinya. Jika tadinya ia begitu menggebu-gebu mencintai isterinya maka kini berubah menjadi membencinya. Jika dulu jargonnya adalah "makan tak makan yang penting kumpul," "siap tinggal di gubuk derita beratap langit beralaskan koran" atau yang sejenisnya sebagai ungkapan keinginan untuk selalu bersama, seia sekata, bagaimanapun kondisinya, maka sekarang berbeda.
Jangankan kondisi tak (ada) makanan, sudah disiapkan oleh isteri makanan yang enak pun, terasa segan saja untuk menyentuhnya. Yang sangat menyedihkan, di antara mereka ini ada pula yang sampai memperlakukan isterinya dengan perlakuan yang kasar, "main tangan," tanpa sedikit pun ada perasaan belas kasihan!
Suami semacam ini tentunya lupa pada firman Allah yang menyebutkan: "Dan pergauilah isteri-isteri kalian dengan baik. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak." (QS. An-Nisaa 4:19). Begitupula sabda Nabi saw yang menyatakan: "orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik budi pekertinya, dan sebaik-baik kalian adalah orang paling baik perlakuannya terhadap isterinya."
Jadi untuk menjadi manusia (atau suami) 'super' sebenarnya tidaklah sulit. Selain imannya bener, pinter, dan badannya seger, ia juga harus memperlakukan isterinya secara bener.
Dalam hadits lain, Nabi saw bersabda: "Janganlah seorang mukmin (suami) membenci isterinya berlebihan. Jika dia tidak menyukai sebagian sifat (tabiat, penampilan) isterinya, tapi dia menyukai sebagian sifat (tabiat, penampilan) yang lain."
Hadits ini telah mengingatkan kita akan suatu hal yang sangat urgen. Yaitu hendaknya para suami (termasuk juga isteri) sadar, bahwa kesempurnaan (al kamal) hanyalah milik Allah semata. Karenanya, janganlah meminta kesempurnaan di jagat raya ini, tetapi mintalah yang terbaik dari yang ada. Kemudian bercermin dan bertanyalah: "Apakah diri kita bebas dari kekurangan baik dari segi fisik (jasadi) maupun non fisik (ma'nawi)?"
Sesungguhnya kita semua pasti memiliki kekurangan. Dan karena itu, jangan meminta orang lain untuk menjadi sempurna. Cukup sederhana tampaknya. Hanya saja, sebagian suami seringkali memanfaatkan posisinya sebagai "qawwam", kepala rumah tangga, untuk menempatkan isterinya sebagai "terdakwa". Termasuk dalam hal ini adalah 'kelemahan-kelemahan' istri yang dilihatnya tidak sempurna.
Tipe suami semacam ini bukan hanya sebuah cerita kosong yang berlebih-lebihan tetapi memang nyata adanya dan dapat menimbulkan kesengsaraan dalam kehidupan rumah tangga. Karena itulah, Ali bin Abi Thalib mewanti-wanti para ayah untuk selalu mencarikan hanya lelaki shaleh sebagai jodoh bagi anak perempuannya.
Ketika itu, seorang lelaki bertanya kepada Sayyidina 'Ali ra: "Saya mempunyai seorang putri, dengan siapa saya akan menikahkannya?" Beliau menjawab: "Nikahkan dia dengan orang yang bertaqwa kepada Allah. Sebab, jika dia mencintai (isteri)nya, dia akan memuliakannya. Tapi, jika dia membenci (istri)nya, dia tidak akan menzhaliminya."
Sesungguhnya suami yang mengidam-idamkan isterinya bebas dari berbagai kekurangan, di satu sisi dapat diibaratkan sebagai seorang zauj mitsaaliy, suami teladan, karena keinginan itu menunjukkan betapa si suami ingin isterinya sempurna. Tetapi pada saat yang bersamaan dia juga seorang lelaki anaaniy, egois, karena mengharapkan kebahagiaan untuk dirinya sendiri saja. Mengapa? Karena sudah jelas, tidak ada seorang pun anak cucu Nabi Adam di dunia ini yang bebas dari 'aib dan kekurangan. Namun demikian, persoalan ini tentu tidak dapat diartikan sebagai upaya meligitimasi dan mentolerir kekurangan isteri yang terkait dengan sifat, akhlak ataupun penampilan yang bisa jadi tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Seorang suami tak dapat meng-acuh-tak-acuh-kan kekurangan itu. Justru kita, para suamilah yang paling berkewajiban mengubahnya. Tetapi semua usaha mengarahkan, mengajak dan mengubah kekurangan istri ini tetap harus dilakukan dengan lembut dan lewat mu'amalah (perlakuan) yang baik. Bukan dengan cara yang kasar dan emosional.
Apalagi perlakuam lemah-lembut, baik dan adil terhadap isteri ini diajarkan langsung oleh Rasulullah dan disebutkan sebagai sebuah kebaikan yang bermuara pada keridhoan Allah, seperti tampak pada dua hadits berikut ini.
Mu'awiyah bin 'Ubaidah bercerita: saya bertanya kepada Rasulullah saw: apa kewajiban suami terhadap isteri? Beliau saw menjawab: "Dia wajib memberi makan isterinya jika dia makan, dan memberinya pakaian jika dia memakai pakaian. Dan janganlah engkau memukul wajahnya, jangan mencacimakinya, dan jangan menghajar (meninggalkan)nya kecuali di dalam rumah." (HR. Abu Daud dan Ahmad).
Beliau saw juga bersabda: "Al Muqsithun di hari kiamat berada pada mimbar-mimbar dari nur (cahaya) dan pada Tangan Kanan ar Rahman (dan kedua Tangah Allah itu Kanan), yaitu orang-orang yang berbuat adil di dalam memutuskan hukuman (perkara), adil terhadap isteri-isteri mereka, dan adil terhadap tugas yang dibebankan kepadanya." (HR. Muslim).
Dalam praktek sehari-hari, para suami juga harus menyadari bahwa perlakuan yang tidak baik akan sangat berdampak negatif pada kinerja isteri di rumah. Padahal pada saat bersamaan, kita mengharapkan istri dapat menjadi madrasah, tempat tarbiyah, pembelajaran, serta pengasahan keshalehan dan intelektualitas anak-anak kita. Sebagaimana seorang penyair telah berkata: Al Ummu Madrasatun Idzaa A'dadataha, A'dadta Sya'ban Thayiba'l A'raaqi, yang berarti seorang Ibu (baca juga: isteri) adalah madrasah, apabila kamu mempersiapkannya dengan baik maka kamu sama dengan mempersiapkan bangsa yang unggul."
Untuk itu, mari kita coba mengikis habis keegoisan kita, para suami, agar dapat menjadi suami yang adil dan bijaksana dengan menghayati pernyataan seorang penyair: Wa Mandzalladzi Turdha Sajaayaahu Kulluhu, Kafaa'l Mar'u Nublaan An Tu'addu Ma'aayibuhu. Artinya, "Mana ada orang yang disenangi semua sifat-sifatnya (sempurna). Cukuplah seseorang itu mulia manakala ia dapat dihitung (diketahui) kekurangan-kekurangannya."

Ahmad Kusyairi Suhail, Lc.
(Kandidat master di bidang Tafsir-Hadits di King Saud University Riyadh, Saudi Arabia)

4/15/2013

ISTIMEWANYA WANITA


ISTIMEWANYA WANITA

    1. Doa wanita lebih makbul daripada lelaki kerana sifat penyayang yang lebih kuat daripada lelaki. Ketika ditanya kepada Rasulullah S.A.W akan hal  tersebut,jawab baginda: "Ibu lebih penyayang daripada bapa dan doa orang yang penyayang tidak akan sia-sia."
    
2. Wanita yang solehah (baik) itu lebih baik daripada 1,000 orang lelaki yang  soleh.
    
3. Barang siapa yang menggembirakan anak perempuannya,derajatnya seumpama orang yang sentiasa menangis karena takutkan Allah S.W.T dan orang yang takutkan Allah S.W.T akan diharamkan api neraka ke atas tubuhnya.
    
4. Barang siapa yang membawa hadiah (barang makanan dari pasar ke rumah) lalu diberikan kepada keluarganya, maka pahalanya seperti bersedekah. Hendaklah mendahulukan anak perempuan daripada anak lelaki.  Maka barangsiapa yang menyukakan anak perempuan seolah-olah dia memerdekakan  anak Nabi Ismail A.S
    
5. Wanita yang tinggal bersama anak-anaknya akan tinggal bersama aku (Rasulullah S.A.W) di dalam syurga.
    
6. Barang siapa mempunyai tiga anak perempuan atau tiga saudara perempuan atau dua anak perempuan atau dua saudara perempuan, lalu dia bersikap ihsan dalam  pergaulan dengan mereka dan mendidik mereka dengan penuh rasa takwa serta  bertanggungjawab, maka baginya adalah syurga.
    
7. Daripada Aisyah r.a. "Barang siapa yang diuji dengan sesuatu daripada  anak-anak perempuannya, lalu dia berbuat baik kepada mereka, maka mereka akan  menjadi penghalang baginya daripada api neraka.
    
8. Syurga itu di bawah telapak kaki ibu.
    
9. Apabila memanggil akan engkau dua orang ibu bapamu, maka jawablah panggilan  ibumu dahulu.
    
10. Wanita yang taat berkhidmat kepada suaminya akan tertutup pintu-pintu neraka dan terbuka pintu-pintu syurga. Masuklah dari mana pintu yang dia kehendaki  dengan tidak dihisab.
    
11. Wanita yang taat akan suaminya, semua ikan-ikan di laut, burung di udara,  malaikat di langit, matahari dan bulan, semuanya beristighfar baginya selama  mana dia taat kepada suaminya dan direkannya (serta menjaga sembahyang dan  puasanya).
    
12.  Aisyah r.a berkata "Aku bertanya kepada Rasulullah S.A.W,siapakah yang  lebih besar haknya terhadap wanita? Jawab baginda, "Suaminya." "Siapa pula  berhak terhadap lelaki?" Jawab Rasulullah S.A.W "Ibunya."
    
13.  Perempuan apabila sembahyang lima waktu, puasa sebulan Ramadan, memelihara  kehormatannya serta taat akan suaminya, masuklah dia dari pintu syurga mana saja yang dia kehendaki.
    
14.  Tiap perempuan yang menolong suaminya dalam urusan agama, maka Allah S.W.T memasukkan dia ke dalam syurga lebih dahulu daripada suaminya (10,000 tahun).
    
15.  Apabila seseorang perempuan mengandung janin dalam rahimnya, maka  beristighfarlah para malaikat untuknya. Allah S.W.T mencatatkan baginya setiap  hari dengan 1,000 kebaikan dan menghapuskan darinya 1,000 kejahatan.

16.  Apabila seseorang perempuan mulai sakit hendak bersalin, maka Allah S.W.T  mencatatkan baginya pahala orang yang berjihad pada jalan Allah S.W.T
    
17.  Apabila seseorang perempuan melahirkan anak, keluarlah dia daripada  dosa-dosa seperti keadaan ibunya melahirkannya.
    
18.  Apabila telah lahir (anak) lalu disusui, maka bagi ibu itu setiap satu  tegukan daripada susunya diberi satu kebajikan.
    
19.  Apabila semalaman (ibu) tidak tidur dan memelihara anaknya yang sakit, maka Allah S.W.T memberinya pahala seperti memerdekakan 70 orang hamba dengan ikhlas  untuk membela agama Allah S.W.T
    
---------------------------------------------------------------------

ISLAM DAN PENDIDIKAN ANAK


ISLAM DAN PENDIDIKAN ANAK

Sabda Rasul SAW: "Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya nasrani, yahudi atau majusi." (HR. Bukhari).

Anak adalah karunia Allah yang tidak dapat dinilai dengan apapun. Ia menjadi tempat curahan kasih sayang orang tua. Namun sejalan dengan bertambahnya usia sang anak, muncul "agenda persoalan" baru yang tiada kunjung habisnya. Ketika beranjak dewasa anak dapat menampakkan wajah manis dan santun, penuh berbakti kepada orang tua, berprestasi di sekolah, bergaul dengan baik dengan lingkungan masyarakatnya, tapi di lain pihak dapat pula sebaliknya. Perilakunya semakin tidak terkendali, bentuk kenakalan berubah menjadi kejahatan, dan orangtua pun selalu cemas memikirkanya.

Dr. Abdullah Nashih ‘ulwan, dalam bukunya "Tarbiyatul Aulad" menegaskan, hanya ada satu cara agar anak menjadi permata hati dambaan setiap orangtua, yaitu melalui pendidikan yang bersumber dari nilai-nilai Islam.

Islam telah memberikan dasar-dasar konsep pendidikan dan pembinaan anak, bahkan sejak masih dalam kandungan. Jika anak sejak dini telah mendapatkan pendidikan Islam, Insya allah ia akan tumbuh menjadi insan yang mencintai Allah dan Rasul-Nya serta berbakti kepada orangtuanya.

Upaya dalam mendidik anak dalam naungan Islam sering mengalami kendala. Perlu disadari disini, betapa pun beratnya kendala ini, hendaknya orangtua bersabar dan menjadikan kendala-kendala tersebut sebagai tantangan dan ujian.

Dalam mendidik anak setidaknya ada dua macam tantangan, yang satu bersifat internal dan yang satu lagi bersifat eksternal. Kedua tantangan ini sangat mempengaruhi perkembangan anak.

Sumber tantangan internal yang utama adalah orangtua itu sendiri. Ketidakcakapan orangtua dalam mendidik anak atau ketidak harmonisan rumah tangga. Sunatullah telah menggariskan, bahwa pengembangan kepribadian anak haruslah berimbang antara fikriyah (pikiran), ruhiyah (ruh), dan jasadiyahnya (jasad).

Tantangan eksternal pun juga sangat berpengaruh dan lebih luas lagi cakupannya. Tantangan pertama bersumber dari lingkungan rumah. Informasi yang yang didapat melalui interaksi dengan teman bermain dan kawan sebayanya sedikit banyak akan terekam. Lingkungan yang tidak islami dapat melunturkan nilai-nilai islami yang telah ditanamkan di rumah.

Yang berikutnya adalah lingkungan sekolah. Bagaimanapun juga guru-guru sekolah tidak mampu mengawasi anak didiknya setiap saat. Interaksi anak dengan teman-teman sekolahnya apabila tidak dipantau dari rumah bisa berdampak negatif. Sehingga memilihkan sekolah yang tepat untuk anak sangatlah penting demi terjaganya akhlak sang anak. Anak-anak Muslim yang disekolahkan di tempat yang tidak islami akan mudah tercemar oleh pola fikir dan akhlak yang tidak islami sesuai dengan pola pendidikannya, apalagi mereka yang disekolahkan di sekolah nasrani sedikit demi sedikit akhlak dan aqidah anak-anak Muslim akan terkikis dan goyah. Sehingga terbentuklah pribadi-pribadi yang tidak menganal islam secara utuh.

Disamping itu peranan media massa sangat pula berpengaruh. Informasi yang disebarluaskan media massa baik cetak maupun elektronik memiliki daya tarik yang sangat kuat. Jika orang tua tidak mengarahkan dan mengawasi dengan baik, maka si anak akan menyerap semua informasi yang ia dapat, tidak hanya yang baik bahkan yang merusak akhlak.

Meskipun banyak faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan seorang anak, orang tua tetap memegang peranan yang amat dominan, sebagaiman sabda Rasul SAW:

"Setiap anak dilahirkan dalm keadaan fitrah. Kedua orang tuanya lah yang menjadikannya nasrani, yahudi atau majusi." (HR.Bukhari).

Dalam mendidik anak orang tua hendaknya berperan sesuai dengan fungsinya. Masing-masing saling mendukung dan membantu. Bila salah satu fungsi rusak, anak akan kehilangan identitas. Pembagian tugas dalam Islam sudah jelas, peran ayah tidak diabaikan, tapi peran ibu menjadi hal sangat penting dan menentukan.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh para orangtua Muslim dalam mendidik anak:

Orang tua perlu memahami apa yang dimaksud dengan pendidikan anak dan tujuannya.
Banyak menggali informasi tentang pendidikan anak.
Memahami kiat mendidik anak secara praktis. Dengan demikian setiap gejala dalam tahap-tahap pertumbuhan anak dapat ditanggapi dengan cepat.
Sebelum mentransfer nilai, kedua orang tua harus melaksanakan lebih dulu dalam kehidupan sehari-hari. Karena di usia kecil, anak-anak cerdas cenderung meniru dan merekam segala perbuatan orang terdekat.
Bersegera mengajarkan dan memotivasi anak untuk menghafal Al-Quran. Kegunaannya di samping sejak dini mengenalkan Yang Maha Kuasa pada anak, juga untuk mendasari jiwa dan akalnya sebelum mengenal pengetahuan yang lain.
Menjaga lingkungan si anak, harus menciptakan lingkungan yang sesuai dengan ajaran yang diberikan pada anak.
Memang usaha mendidik anak tidaklah semudah membalik tangan. Perlu kesabaran dan kreativitas yang tinggi dari pihak orang tua. Simaklah perkataan Sayyid Qutb, yang mempunyai ayah sebagai panutannya:

"Semasa kecilku, ayah tanamkan ketaqwaan kepada Allah dan rasa takut akan hari akhirat. Engkau tak pernah memarahiku, namun kehidupan sehari-harimu telah menjadi teladanku, bagaimana prilaku orang yang ingat akan hari akhir."

Sumber : Al-Muslimun no.298, Jan 1995


4/12/2013



Dalam Alqur’an dan Hadits Nabi memang tidak terdapat satu katapun yang mengharuskan umat untuk berasuransi,karena asuransi adalah kegiatan mua’malah yang datang kemudian setelah Zaman Nabi Muhammad Saw.
Namun ada beberapa perintah dari Alqur’an dan hadits yang dalam teknik pelaksanaannya sangat dimungkinkan agar umat khususnya umat Islam mengambil Langkah agar berasuransi. perintah perintah tersebut sangat berkaitan kepada kemaslahatan umat manusia itu sendiri agar senantiasa ;
* Menjaga dirinya
* Menjaga Keluarganya dan saudara sesama Muslim
* Menjaga Hartanya
* Mempersiapkah hari depannya
* Memelihara Agamanya
Sebagaimana firman firman Allah Swt dan Hadits Nabi Muhammad Saw Berikut
1. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang diperbuatnya untuk hari esok, dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.(Al-Hasyr : 18)
2. Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.(Annisa : 9)
3. “Yusuf, hai orang yang amat dipercaya, terangkanlah kepada kami tentang tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk yang dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan (tujuh) lainnya yang kering agar aku kembali kepada orang-orang itu, agar mereka mengetahuinya.” Yusuf berkata: “Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa; maka apa yang kamu tuai hendaklah
kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan. Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari (bibit gandum) yang kamu simpan. Kemudian setelah itu akan datang tahun yang padanya manusia diberi hujan (dengan cukup) dan di masa itu mereka memeras anggur.” (Yusuf : 46 – 49)
4. Dari Sa’d bin Abi Waqas ra berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “… Sesungguhnya engkau jika meninggalkan anak-anakmu dalam keadaan kaya (berkecukupan) adalah lebih baik daripada engkau meninggalkan mereka dalam kondisi miskin meminta-minta pada manusia. Dan sesungguhnya tidaklah engkau memberikan nafkah kepada keluargamu dengan tujuan mengharap keridhaan Allah SWT, melainkan akan Allah berikan pahala atasnya, bahkan suapan yang engkau suapkan ke mulut istrimu…” (HR. Bukhari)
5. Dari Abu Hurairah ra berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang membantu menghilangkan kesulitan dunia seorang muslim, maka Allah akan menghilangkan kesulitannya pada hari kiamat. Dan barang siapa yang memudahkan urusan seorang muslim, maka Allah akan memudahkan urusannya pada hari kiamat. (HR. Muslim)
6. Dari Nu’man bin Basyir ra berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam cinta, kasih sayang dan kelemah lembutan diantara mereka adalah seumpama satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuh ada yang sakit, maka anggota tubuh lainnya juga turut merasakannya, (seperti) ketika tidak bisa tidur dan demam.” (HR. Muslim)
7. Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.Al-Maidah : 2
8. Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?,Itulah orang yang menghardik anak yatim,dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin .Al Maa’uun (1-3)
Ayat Alqur’an dan Hadits di atas mengisyaratkan Pentingnya perencanaan untuk hari esok sesuai nomor 1 dan 3 diatas,Pentingnya merencanakan kesejahteraan untuk keluarga sesuai dengan nomor 2 dan 4 diatas, saling tolong menolong antar umat dalam meminimalisikan resiko sesuai dengan nomor 5-8 diatas. Dan kesemuanya bisa diwujudkan dalam suatu program perencanaan keuangan yang dinamakan Asuransi syariah.
Asuransi syariah adalah konsep kegiatan perencanaan keuangan Yang memanajemen resiko kehilangan nilai guna dari diri,harta,akal dan kemaslahatan umat yang berbasis tolong menolong antar pesertanya bukan antar peserta dengan perusahaan Asuransi,serta bebas dari unsur unsur gharar,Maisir,Riba dan yang diharamkan oleh Allah swt,dibuat secara melembaga dan sistematis.seorang peserta Asuransi Syariah berarti dia menolong orang lain dan sekaligus menolong dirinya sendiri.
Jadi tunggu apalagi bergabunglah dengan Asuransi syariah ,jadilah bagian dari komunitas umat yang saling tolong menolong antar yang satu dengan yang lainnya.

informasi dan pendaftaran dapat menghubungi :
0813 6064 4601 ( ainal mardhiah )  / ainalmardhiah1@yahoo.com

4/11/2013

DIBAYAR LUNAS DENGAN SEGELAS SUSU


DIBAYAR LUNAS DENGAN SEGELAS SUSU

Suatu hari, seorang pemuda miskin, yang menjual barang dari pintu ke pintu untuk membiayai sekolahnya, menemukan dirinya hanya memiliki uang sepeser dan dia kelaparan. Dia akhirnya memutuskan untuk meminta makan di rumah selanjutnya. Namun, dia kehilangan keberaniannya ketika seorang wanita muda cantik membuka pintu rumah. Alih-alih meminta makan, pemuda itu hanya meminta segelas air putih. Wanita itu berpikir bahwa pemuda itu terlihat kelaparan jadi dia membawakannya segelas besar susu. Pemuda itu meminumnya pelan-pelan, dan kemudian bertanya, "Berapa saya berhutang kepada Anda?"

"Kamu tidak berhutang apa-apa kepada saya," jawab wanita itu. "Ibu saya selalu mengingatkan kami untuk tidak pernah menerima bayaran atas kebaikan yang kami lakukan."

Pemuda itu kemudian berkata.. "Kalau begitu, saya berterima kasih dari hati saya yang terdalam."

Pemuda itu bernama Howard Kelly, dia kemudian meninggalkan rumah itu bukan hanya dengan fisik yang lebih kuat, namun juga imannya kepada Tuhan dan orang lain. Sebelumnya, dia sudah ingin menyerah dan berhenti.

Bertahun-tahun kemudian, wanita muda tadi mengalami sebuah penyakit kritis. Dokter setempat tidak mampu menanganinya. Mereka kemudian mengirimnya ke kota besar dimana ada spesialis yang dapat menangani penyakitnya yang aneh.

Dr. Howard Kelly dipanggil untuk memberikan konsultasi. Ketika dia mendengar nama kota asal wanita tersebut, sebuah Cahaya aneh memenuhi matanya. Dengan cepat ia bangun dan turun ke aula rumah sakit menuju kamar wanita itu.

Menggunakan pakaian dokternya dia mengunjungi wanita tersebut. Dr. Kelly langsung mengenali wanita itu, dia kemudian kembali ke ruang konsultasinya dan memutuskan untuk melakukan yang terbaik untuk menyelamatakan nyawanya. Mulai hari itu dia memberikan perhatian khusus kepada kasus wanita tersebut.

Setelah berjuangan selama beberapa waktu lamanya, akhirnya pertempuran dimenangkan.

Dr. Kelly kemudian meminta bagian administrasi untuk menagihkan biaya pengobatan wanita tersebut kepadanya. Dia kemudian melihat tagihan tersebut, kemudian menuliskan sesuatu di tagihan tersebut, lalu tagihan tersebut di kirim ke ruangan wanita tersebut. Wanita itu sangat takut untuk membuka tagihan itu, dia yakin membutuhkan seluruh sisa hidupnya untuk membayar biaya pengobatan itu. Akhirnya dia membuka amplop tagihan itu, dan sesuatu menarik perhatiannya di sisi tagihan itu. Dia membaca kalimat ini…

"Dibayar lunas dengan segelas susu." – tanda tangan – Dr. Howard Kelly.

Air mata sukacita mengalir di wajah wanita tersebut, dengan bahagia dia berdoa: "Terima kasih Tuhan, karena cinta-Mu telah menyebar melalui hati dan tangan manusia."

Setiap kemurahan hati yang kita tabur, pasti akan kita tuai. Mungkin tidak selalu seperti kisah di atas, kita tidak selalu menerima timbal balik dari orang yang kita tolong, namun percayalah bahwa Tuhan memiliki banyak cara untuk menunjukkan kemurahan hati-Nya kepada Anda.

Sumber: Profec
 — di Agen Prudential.